Translate

April 24, 2024

Dinas Kebudayaan

Mari Lestarikan Tradisi & Kebudayaan Bali

Widyatula (Seminar) Usadhikanda: Kawigunan Usadha Bali Sajeroning Kauripan Sadina-Dina. Manfaat Usadha Bagi Kehidupan Sehari-Hari

Rempah -rempah berdasarkan usadha Bali kaya manfaat, selain  dapat menyehatkan badan juga tak sedikit bahan alam seperti bebungkilan menjadi bahan obat- obatan. Lantas, sadarkah masyarakat krama Bali menjaga  kelestarian aneka tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi kesehatan kita?

Hal tersebut menjadi perbincangan menarik  dalam widyatula ( seminar) serangkaian Bulan Bahasa Bali 2021 yang mengambil tema Usadhikanda: Kawigunan Usadha Bali Sajeroning Kauripan Sadina-Dina, Selasa 23 Februari 2021.  Seminar yang berlangsung secara daring ini  diikuti para praktisi, media , mahasiswa dan umum.

Widyatula ini menghadirkan sejumlah narasumber Drs. Ida Bagus Bajra, M.Si”  mengangkat topik  Usadha Bali,   Ida Bagus Putra Manik Aryana, S.S., M.Si  membawakan materi Warga Sanak Catur Bebungkilan Ajengan Bali Maguna Usadha dan  I Putu Suweka Oka Sugiharta, M.Pd., Cht  dengan materi Upon-Upon Usada Bali ring Pambiaran. Widyatula ini berlangsung tiga jam  dimoderatori Luh Yesi Candrika, seorang penyuluh bahasa Bali.

IB Manik Aryana yang juga  Dosen Undiksa membeberkan khasiat umbi umbian atau bebungkilan, seperti jahe, kencur digunakan bisa untuk mengobati cacingan, kunyit untuk antiseptik dan kejang kejang dan sebagainya. Rempah-rempah begitu banyak  memiliki kandungan yang  bermanfaat bagi kesehatan.

Ia menuturkan,   berdasarkan catatan usadha kita luar biasa. Namun tak sedikit yang kecolongan , karena pengetahuan dan teknologi, kita dikalahkan negara maju. Justru rempah -rempah kita dimanfaatkan dunia farmasi luar negeri menjadi produk mahal.” Ingat penjajahan dilakukan bangsa asing ke nusantara,  karena mereka mencari rempah-rempah kita, yang dijadikan bahan obat,” kata IB Aryana.

Setelah dilakukan peracikan menjadi bahan obat bagi dunia kesehatan, lantas dijual mahal di apotek. ” Contoh, khasiat  daun kelor, sekarang sudah beredar dalam bentuk tablet,  bahanya dari alam kita, lantas dikemas menjadi obat, lalu kita beli kembali  di apotek dengan harga yang mahal,” ucapnya.

Selanjutnya, Ia memberikan catatan  kenapa kasus Covid terus meningkat. Diawal berita Covid di Bali justru sangat minim, padahal banyak wisatawan dari China berlibur ke Bali. Ia menduga saat ini banyak orang semakin stres, semakin cemas, akibat situasi pandemi, banyak berita yang masuk, sehingga imun kita bisa turun, kondisi ini berakibat fatal. ” Orang banyak  stres, cemas ketakutan berlebihan, sehingga  imun menurun, ini berbahaya  banyak kasus Covid berujung kematian, ” ujarnya.

Sementara itu, Ida Bagus Bajra yang juga akademisi Universitas Indonesiia (Unhi ) Denpasar mengungkapkan dalam  Usadha Bali banyak menyinggung soal berbagai tumbuh-tumbuha berkhasiat yang  menyembuhkan berbagai penyakit dan bagaimana seorang balian mempraktekan Usadha  Bali. Menurutnya Balian itu ada istilah balian pengiwa, balian kepicain, balian  usadha ada juga balian campuran. Namun, kata IB Bajra seorang balian harus mengetahui kondisi pasien yang akan disembuhkan, bukan asal pengobatan saja.  ” Sebelum balian mengobati, mereka harus memgetahui empat hal , bagaimana ciri-ciri orang yang sakit, mengetahui sumber penyakit, nama penyakit dan menganalisa dengan baik,” ucapnya.

Lanjut IB Bajra, seorang balian  jangan asal mengobati, nanti berakibat fatal jangan gegabah menilai penyakit pasien. ” Jadi harus memahami Asta Roga Pariksa, delapan hal menilai kondisi badan seseorang yang sedang sakit, sehingga seorang balian tidak gagal dalam mengobati, ” jelas IB Bajra.

Konsep hidup, lanjut dia adalah hidup perlu makan, sakit perlu obat.” Apapun penyakitnya pasti ada obatnya, dalam usadha sudah menerangkan jenis penyakit, apakah dengan memberi boreh ( lulur), uap, tutuh , simbuh dan sebagainya. Begitupula secara niskala, seseorang yang sakit sudah dibawa sejak  kelahiran , jenis penyakitnya ada, harus dilakukan penyembuhan secara teknik tertentu, ” ucapnya.

Ditegaskan,  dalam Usadha banyak jenis penyakit yang bisa diobati misalnya penyakit kecing manis, hepatitis, tidak memiliki keturunan.” Pada intinya bila diobati dengan tepat, semua penyakit secara bertahap bisa sembuh normal,” tegasnya.

Sedangkan   I Putu Suweka Oka Sugiharta, M.Pd., Cht  Dosen UHN I Gusti Bagus Sugriwa, menekankan apakah Usadha sudah mengalami kepunahan. Hal ini memurutnya, melihat fenomena kelestarian  alam yang terancam. ” Alam yang rusak akan mengancam berbagai aneka tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat hidup disana,” terangnya.

Ia mencontohkan, bagaimana seorang pendeta di zaman dahulu seperti  Mpu Kuturan, Rsi Markandya  yang memberlakukan hutan dengan hati-hati.” Tidak sembarangan masuk hutan, beliau para pandita sadar dan  sangat menghargai hutan, karena  hutan memiliki fungsi penting dalam kehidupan umat manusia, disana   tumbuh berbagai tanaman langka  yang berguna bagi dunia pengobatan, lantas bagaimana dengan kondisi hutan kita saat ini, apakah masih lestari” ungkapnya.

Sejauh ini, dalam widyatula    banyak pengetahuan pentingnya pelestarian tentang pengobatan usadha yang  diungkap. Untuk diketahui, Widyatula (seminar) dalam rangkaian Bulan Bahasan Bali  mengangkat enam topik yakni Kalimosaddha, Widyosadha, Sastra Panaweng Gering, Usadhi Pranawa, Usadhikanda dan Dharma Usadha. Dimana Bulan Bahasa Bali untuk tahun ini mengangkat tema “Wana Kerthi: Sabdaning Taru Mahottama” yang bermakna Bulan Bahasa Bali sebagai Altar Pemuliaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali Tertaut Jelajah Pemaknaan Hutan sebagai Prana Kehidupan.(*)