Translate

April 26, 2024

Dinas Kebudayaan

Mari Lestarikan Tradisi & Kebudayaan Bali

Kriyaloka “Ngracik Loloh”.Jenis Daun Piduh Hingga Empon-Empon Berkashiat Tingkatkan Imun

Penasaran dan ingin tahu. Peserta Kriyaloka (workshop) Ngracik Loloh serangkaian Bulan Bahasa Bali 2021 yang berlangsung di Lantai 1 Gedung Ksirarnawa, Senin 22 Pebruari 2021 menghujani narasumber dengan pertanyaan. Rasa ingin tahu yang tinggi, membuat hampir semua peserta mengajukan pertanyaan tentang herbal. Bahkan, pada sesi pratek membuat loloh pun, para peserta kembali bertanya. Karena kedua narasumber ini memang ahli dalam bidang herbal dan taru premana, maka setiap pertanyaan itu dijawab dengan lugas dan lengkap.

Kriyaloka  Ngracik Loloh itu meghadirkan narasumber Praktisi Herbal Tradisional Bali, yaitu I Nyoman Sridana, M.Si., dan Ir. Ida Ayu Rusmarini dimoderatori I Kadek Widiantana, S.Pd.B., M.Pd., Dosen UHN I Gusti Bagus Sugriwa. Workshop ini diikuti sebanyak 25 peserta yang berasal dari mahasiswa, masyarakat umum serta penghobi tanaman herbal serta pengusaha obat herbal. Kegiatan workshop tetap menerapkan protocol kesehatan secara ketat, sehingga peserta juga dibatasi.

Ida Ayu Rusmarini yang penerima kalpataru memberikan materi mengenai tumbuh-tumbuhan herbal, sedang Sridana yang merupakan dosen luar biasa UNHI Denpasar memaparkan terkait taru premana. Sejak awal dibuka, pertanyaan dari para peserta langsung meluncur. Ada yang menanyakan manfaat tanaman herbal, obat jerawat, loloh untuk meningkatkan imun tubuh, perawatan wajah akibat alergi debu, manfaat daun kayu putih, umbi-umbian dan sebagainya.

Ida Ayu Rusmarini mengatakan, sekarang ini sedang memberdayakan  PKK, sehingga perlu memanfaatkan alam di sekitar lingkungan kita untuk menanam taman herbal. Tak hanya sampai disitu, kita juga mesti tahu manfaatnya. Karena tumbuhan itu, tak hanya berguna untuk pangan saja, melainkan memberi manfaat bagi  kesehatan juga. “Luar biasa. Respon para peserta begitu tinggi. Mereka yang sebelumnya hanya mengetahui bagaimana mereka mengkonsumsi untuk sehari hari, tetapi setelah diberi tahu manfaatnya, kandungannya, cara mengolahnya dan lainnya, mereka tampak senang sekali,” ucapnya.

Workshop ini memang luar biasa. Para peserta tidak hanya mendengar secara teori, tetapi juga dapat melihat langsung dalam pratek. Mereka sudah biasa menanam berbagai jenis tanaman dalam sehari hari, seperti sayur-sayuran, buah-buahan, cabe, tomat dan sebagainya. Namun, mereka belum tahu manfaatnya. Maka itu, dalam penjelasanya dikaitkan dengan pemanfaatkan usadha, baik yang diminum dan dilulurkan. “Itu kami jelaskan mulai dari mengolah, membuat juce antioksidan, terus dedaunan untuk khasiatnya apakah untuk insomania dan sebagainya,” bebernya.

Ida Ayu Rusmarini mengaku, kendala untuk pemgembangan obat herbal itu ada pada masalah promosi. Mungkin dengan diikutkan dalam kegiatan workshop dan pemerintah sudah memberikan motifasi, sehingga kedepan usaha herbal ini menjadi lebih baik ini. Memang, untuk tanaman herbal di Bali tidak langka. Itu karena adanya keinginan masyarakat yang intensip untuk mengembangkannya, sehingga tidak punah. “Pemerintah juga selalu memotivasi bagaimana cara mengembangkan tanaman herbal, tanaman pangan dan sekarang terus menyentuh pada pemanfaatan tanaman tersebut untuk keseharan,” ujarnya.

Sementara Nyoman Sridana memaparkan, materi tentang cara ngracik loloh yang sumber resepnya digali dari lontar usada, sastra kuno dan cerita masyarakat yang sudah biasa menggunakan tanaman obat yang tumbuh disekitar kita. Sebagai praktisi yang memproduksi herbal taru premana, ia mempunyai stand di acara Bulan Bahasa Bali ini. Sejenis produk yang diperkenalkan kepada masyarakat. “Saya hampir setiap tahun diundang untuk mengisi acara usada,” ucapnya.

Menurutnya, respon masyaralat terhadap herbal cukup bagus. Hal itu, dibuktikan dengan aktifnya para peserta untuk bertanya. Mereka ingin tahu lebih lanjut cara meracik obat herbal secara baik dan benar. Masyarakat dan anak-anak sekarang ini sangat banyak yang memanfaatkan pekarangan rumahnya untuk ditanami herbal, sehingga kali ini mereka mendapatkan kesempatan untuk bertanya terkait manfaat dan fungsinya juga cara meracik yang baik dan benar.

Keunggulan herbal itu sedikit memiliki efek samping. Di herbal juga memiliki manfaat lebih dari satu, mudah didapat karena tumbuh disekitar rumah pekarangan, di tegalan dan sudah banyak masyarakat yang membudidayakan. Untuk cara mengolahnya, memang perlu mengedukasi masyakarat cara yang baik dan benar. Alat-alat yang dibutuhkan juga khusus. Tetapi, bisa juga menggunakan alat-alat di rumah, namun jangan mengunakan alat-alat yang mudah berkarat. Paling sederhana menggunakan alat-alat di rumah yang bahannya dari baskom keramik, gelas kaca, payuk kaca, dan payuk dari tanah liat.

Sridana mengatakan, dimasa pendemi Covid-19 dirinya membuat ramuan loloh imunitas yang bahannya dari tanaman disekitar kita. Repeferensi sumbernya dari geguritan Sucita Sebudi, disana ada daun piduh, daun pegagan, daun meniran, petikan kebo dan juga empon empon. “Secara ilmiah memang terbutki kandungan tanaman tersebut, tetapi bisa membantu meningkatkan imunitas tubuh. Kalau dibilang jamu mengobati Covid itu rasa belum, karena perlu pembuktian secara ilmiah dan uji laboratorium yang lebih jauh lagi. “Ramuan ini boleh dibilang untuk meningkatkan imunitas, sehingga tubuh kita kebal untuk menahan penyakit Covid tersebut,” sebutnya.

Selaku pelaksana teknis Bulam Bahasa Bali, Made Mahesa Yuma Putra  mengatakan, workshop ngracik loloh ini bertujuan untuk melestarikan isi dari pada naskah-naskah tentang usada yang kita miliki. Tentang isi lontar taru premana yang merupakan dasar tradisi pengobatan. “Makanya kita hari ini workshopkan, sehingga masyarakat tahu kegunaan apa yang tersirat di naskah itu. Kegiatan ini juga untuk mendorong masyarakat untuk kembali ke herbal, dengan istilahnya memanfaatkan tumbuh-tumbuhan kembali ke alam di masa pandemi ini, sehingga nantinya berdasarkan atas sastra dan naskah lontar,” paparnya. (*)