Translate

April 24, 2024

Dinas Kebudayaan

Mari Lestarikan Tradisi & Kebudayaan Bali

Diikuti 37 Peserta SMA Se-Bali Lomba Puisi Bali Jani SMAN 3 Denpasar Raih Juara Satu

DENPASAR- Sebanyak 37 peserta  dari kalangan SMA se- Bali , ikut ambil bagian dalam ajang lomba Puisi Tingkat SMA  serangkaian   Festival Seni Bali Jani (FSJB) yang  digelar di Kalangan Angsoka, Taman Budaya Denpasar, Kamis (31/10).

Mereka tampil dengan membawakan satu puisi yang disediakan oleh panitia yakni puisi Amir Hamzah, Umbu Landu Paranggi, Putu Vivi Lestari, Made Adnyana Ole, maupun Subagaio Sastrowardoyo. Dari hasil penjurian, pemenang dari lomba ini dikuasai oleh Kota Denpasar, dimana juara satu diraih oleh peserta dari SMAN 3 Denpasar.

Salah seorang juri, IBW Widiasa Keniten mengatakan dari semua peserta yang ikut lomba ini sudah tampil dengan maksimal. Akan tetapi ia juga menyoroti terkait kekurang jelian peserta dalam memilih puisi yang dibacakan.

Hal ini dikarenakan ada beberapa peserta yang memilih puisi tak sesuai dengan kemampuannya.Semisal seseorang yang berbakat pada puisi yang agak kalem, memilih puisi yang garang sehingga tidak bisa memperoleh rasa puisi yang dibacakan.

“Saya tahu untuk memilih seorang pembaca puisi dari sekian banyak siswa di sekolah memang sulit, akan tetapi yang perlu diperhatikan yakni pemilihan puisi yang dibacakan agar sesuai dengan kemampuan siswa,” katanya.

Sementara itu juri lain, Ni Luh Putu Wulan Dewi Saraswati mengamini perkataan Keniten yang menganggap pembaca puisi yang tampil sebagain besar sudah tampil dengan maksimal. “Menurut saya hampir 90 persen peserta yang tampil sudah sangat bagus dan bisa menguasai puisi yang dibacakannya,” katanya.

Namun wulan menyoroti terkait penggunaan gerak tubuh yang digunakan oleh beberapa peserta yang dianggapnya terlalu berlebihan. Menurutnya tak semua kata yang ada dalam puisi harus digerakkan. Selain itu, ia juga meminta kepada pembina agar tak membentuk seratus persen siswa yang ditunjuk membaca puisi.

“Jangan terlalu dibentuk, sehingga mereka akan kehilangan jati dirinya. Seolah-olah yang membaca puisi di panggung adalah pembinanya bukan siswa. Jadinya siswa hanya mewakili pembinanya dan mereka kehilangan jati diri,” katanya. (*)