Translate

April 26, 2024

Dinas Kebudayaan

Mari Lestarikan Tradisi & Kebudayaan Bali

Bulan Bahasa Bali Hari Ketiga. Teater Topeng Resman Sajikan Operet Berjudul Togog

Jika menekuni sesuatu ataupun mengerjakan tugas, jangan setengah-setengah. Lalukanlah dengan serius hingga tuntas. Pesan itulah yang disampaikan dalam sesolahan Teater Topeng kerjasama Taksu SMA Negeri 2 Denpasar dalam ajang Bulan Bahasa Bali 2020 di Ksirarnawan, Taman Budaya Provinsi Bali, Selasa (4/2). Teater yang beranggotakan sekitar 40 orang itu mengangkat judul “Togog” yang mengambil dari sebuah Cerita Pendek (Cerpen) Togog karya I Nyoman Manda. Ceritera itu dikemas dengan apik ke dalam sesolahan dalam bentuk Operet.

Ida Bagus Raka Weda, sang pelatih memang lihai dalam mengkemas ceritera itu ke dalam seni pertunjukan operet. Pemilihan pemain sangat pas, sesuai dengan karakter masing-masing tokoh yang ada dalam cerpen itu. Pembabakan, pembagian panggung oleh para pemain serta ekspresi masing-masing pemain begitu kental. Walau mereka hanya mengikuti dalam mimik, karena kata-kata telah direkam sebelumnya, namun mereka sangat menjiwai. Hal itu membuat sesolahan di hari ketiga itu menjadi lebih hidup.

Penyajian opera ini tidak terasa kering, karena dalam setiap pembabakannya diselingi dengan dance (gerak tari) yang sangat inovatif, kompak dan menginspirasi. Dekorasi panggung dibuat lebih klasik dan menarik, sehingga mendukung pementasan itu. Demikian pula dengan penataan kostum, walau tampak sederhana namun mampu membedakan setiap tokoh yang ada. “Kami ingin tampil baik. Intinya pesan itu bias sampai kepada penonton,” harapnya.

Pelatih yang juga merupakan alumnus SMA Negeri 2 Denpasar itu mengatakan, judul Togog memang diberikan oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Bali. Ia bersama teman-temannya kemudian menterjemahkan dengan memasukan unsur-unsur lain yang dapat menambah nilai estetis. “Kami mengawali dengan membaca banyak buku-buku, sehingga menemukan Cerpen karya Nyoman Manda ini. Setelah berkoordinasi dengan Pembina Anak Agung Ngurah Sucitha, kami lalu sepakat untuk membuat teater itu dalam bentuk Operet,” ceritanya.

Pria ganteng asal Tabanan itu, sesolahan ini digarap dalam waktu dua minggu yang diawali dengan dari reading, lalu dubbing dan dilanjutan dengan latihan. Teater Topeng ini kemudian melakukan latihan secara berulang-ulang, sehingga antara suara dan mimic itu bisa sama. “Artinya, pemain itu harus cerdas dan cekatan dalam mengikuti dialog yang diputar lewat audio. Hal itu memang menjadi kendala, disamping pendalaman karakter dalam setiap tokohnya,” paparmya serius.

Adapun kisahnya, berawal dari I Wayan Tamba, seorang pematung (tukang pembuat togog) yang hidupnya sederhana bahkan serba kekurangan. Walau serba kekurangan, Tamba sangat serius dalam membuat togog. Ia tak pernah setengah hati dalam berkarya, sehingga ia menjadi pembuat togog yang sangat piawai. Ketika sedang asyiknya mengerjakan togog, Ni Nerti bersama suaminya datang ke tempatnya. Maklum, Wayan Tamba dan suami Ni Nerti berteman sejak lama. Setelah suaminya Ni Nerti meninggal, Wayan Tamba lalu jatuh cinta dengan Ni Nerti.

Diakhir ceritera, muncul pekak bersama cucunya yang berpesan agar sebagai manusia harus melakukan pekerjaan secara tuntas, seperti Wayan Tamba yang menjadi toking togog yang sukses. (*).