Translate

April 20, 2024

Dinas Kebudayaan

Mari Lestarikan Tradisi & Kebudayaan Bali

Minimnya Penulisan Artikel Ilmiah Berbahasa Bali

DENPASAR- Sejauh ini, penulisan artikel ilmiah mabasa Bali, masih tergolong minim. Guna menggaungkan penulisan mebasa Bali di kalangan remaja, mahasiswa dan masyarakat secara luas, Dinas Kebudayaan Propinsi Bali menggelar Kriyaloka  (workshop) Artikel Mebasa Bali, serangkaian Bulan Bahasa Bali 2020, di Ruang Cinema, Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, Senin (3/2).

Workshop dibuka oleh Kepala Seksi Inventaris dan Pemeliharaan Dokumentasi Budaya Made Mahesa Yuma Putra, menghadirkan dua pembicara yakni, Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra ( Fak.Ilmu Budaya Unud) dan Dr. I Made Dian Samputra, M.Hum ( IHDN) dengan moderator  Dewa Ayu Carma Citrawati, (dosen Dwijendera). Workshop diikuti 50 peserta dari kalangan masyarakat, mahasiswa, dosen, media.

Kasi Made Mahesa menjelaskan,  untuk kegiatan workshop ini digelar supaya generasi muda tidak antipati, khususnya dalam penulisan artikel bahasa Bali.”  Melalui workshop ini kita memberikan pengetahuan kepada  mahasiswa, bagaimana cara menulis artikel  bahasa Bali dengan baik” kata Mahesa disela kegiatan.

Lanjut Mahesa, melalui kegiatan ini kita berharap agar kegairahan menulis artikel berbasa Bali semakin meningkat. ” Karena masih sedikit penulisan artikel mabasa  Bali, untuk itu kita sertakan masyarakat luas, mahasiswa, dosen, wartawan, untuk bersama – sama belajar menulis khususnya dalam menulis artikel mebasa Bali,” ucapnya.

Menariknya, dalam workshop ini para peserta diwajibkan membuat judul karya artikel lantas  disebarkan ke media sosial masing- masing.” Dalam workshop ini, kita wajibkan peserta agar menulis judul artikel mabasa Bali, dan dishare ke media sosial, baik Instagram, Facebook dan sebagainya,” ungkapnya.

Sementara itu, pembicara Prof. Nyoman Darma Putra membawakan materi berjudul ” Ngripta Artikel Ilmiah Mabasa Bali”  lebih menekankan penulisan ilmiah berdasarkan data yang kuat. Membuat karya ilmiah beda dengan cara memhuat puisi, cerpen dan sebagainya. Penulisan karya ilmiah, yang baik adalah kemampuan membuat argumentasi yang baik,  mampu menelorkan berbagai persoalan baru dengan data yang valid atau kuat. ” Kalau datanya lemah, argumenya lemah, bagaimana caranya menulis artikel ikmiah,  jadi menulis karya ilmiah bukan seperti menulis puisi, cerpen yang lebih ke ranah rasa seni dan sebagainya, sedangkan karya ilmiah itu adalah metode menghadirkan persoalan baru dengan kajian, artinya menulis karya ilmiah  ibarat perang, dimana pelurunya itu adalah data itu sendiri,” tandasnya.

Sementara itu pembicara lainya, Dr. Dian Samputra menyoroti terkait pedoman atau uger uger Bahasa Bali dalam menulis Karya Ilmiah hingga kini belum ada kesepakatan bersama. ” Saat ini belum ada uger uger Bahasa Bali Ilmiah, kalau dalam bahasa Indonesia ada ejaan yang disempurnaan. Mudah mudahan melalui kegiatan atau forum bulan bahasa Bali ada kajian, dari para pakar untuk membuat satu kesepakatan untuk membuat uger – uger dalam penulisan basa Bali,” ucap Dian.

Ditambahkan kesulitan  menulis artikel ilmiah berbahasa Bali, bila tidak dipersiapkan dengan matang maka jelas akan tidak menghasilkam tulisan yang baik. ” Maka penguasaan cara menulis yang baik mesti diperhatikan dengan baik dan benar, ” ungkapnya.

Pelaksanaan  Bulan Bahasa Bali 2020, digelar berbagai kegiatan dianyaranya di bidang  sastra , pameran, lomba selama  sebulan penuh, mulai 1 Pebruari hingga 29 Februari 2020. (*)