Translate

May 5, 2024

Dinas Kebudayaan

Mari Lestarikan Tradisi & Kebudayaan Bali

“Basur: Tresnasih Kembang Sokasti” Disajikan Sanggar Mahasaba Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana

Menyaksikan Sesolahan Sastra bertajuk “Basur: Tresnasih Kembamg Sokasti” ini, kita seakan hanyut didalamnya. Garapan seni sastra berbentuk Drama Film ini, tak hanya mengutamakan keindahan, tetapi juga syarat pesan moral.
Drama ini betul-betul ditata apik, sesuai dengan tema cerita yang dianggkat. Walau pendukung merupakan pendatang baru dalam dunia akting, tetapi masing-masing pemain mampu membawakan peran sesuai dengan karkater dari masing-masing tokoh dalam cerita itu. Vokal, acting dan ekspresi tampak kuat, sehingga menjadi sajian seni yang menarik.
Musik sebagai pendukung suasana, sangat atraktif. Gending, tembang klasik yang memberikan suasana sedih, yang mengajak setiap penikmatnya larut. Demikian pula ketika Gede Basur marah, suara cak dengan sayup-sayup suara gong sangat mendukung suasana. Penasaran? Cobalah saksikan Drama Film “Basur: Tresnasih Kembamg Sokasti” oleh Sanggar Mahasaba Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana yang sudah ditayangan melalui You Tobe Dinas Kebudayaan Provinsi Bali mulai Rabu, 17 Pebruari 2021 pukul 09.00 WITA. Sesolahan ini serangkaian Bulan Bahasa Bali 2021.
Drama ini mengisahkan I Nyoman Karang dari Banjar Sari mempunyai dua putri cantik jelita, yaitu Ni Sokasti yang sulung dan adiknya Ni Rijasa. Ketika I Nyoman Karang sedang asyik bertuturan dengan kedua putrinya menyesali takdirnya, yakni ditinggalkan pergi oleh istrinya, ibu mereka berdua karena diracun oleh I Made Rampag, tiba-tiba datang I Gede Basur. Kedatangan sosok orang kaya ke rumahnya tentu disambut hangat oleh I Nyoman Karang. Setelah disuguhi pacanangan (sirih), I Gede Basur menyampaikan maksud kedatangannya, yaitu ingin melamar Ni Sokasti agar dinikahkan dengan putra kesayangannya, I Wayan Tigaron.
Belum mendapat jawaban yang pasti, tiba-tiba datang bertamu I Made Tanu, sepupu dari I Nyoman Karang. Tujuannya menyampaikan hal yang sama dengan I Gede Basur, agar anaknya I Tirtha dinikahkan dengan Ni Sokasti. Saat bersamaan datang Ni Sokasti dan langsung menyuruh supaya I Tirtha lekas-lekas diajak ke rumahnya. Mendengar perkataan Ni Sokasti seperti itu, I Gede Basur merasa dilecehkan oleh Ni Sokasti sehingga tanpa pamit ia pergi dari rumah I Nyoman Karang.
Karena merasa jengah maka I Gede Basur melakukan jalan hitam, meneluh Ni Sokasti. Ni Sokasti tiba-tiba pingsan. Keluarga dan tetangganya gempar. Atas bantuan I Kaki Balian (Kakek Dukun Sakti), Ni Sokasti dapat diselamatkan. I Gede Basur pun sadar akan perbuatannya yang salah,yakni meneluh Ni Sokasti
Drama Film ini melibatkan 30 orang sebagai pemain dan crew. Drama ini disutradari Dewa Jayendra. Ia yang mengurus semua yang berkaitan dengan film ini. Termasuk melatih anak-anak Mahasaba dalam beracting serta melatih vokal dan ekspresi. Musik merupakan dari komposer Kadek Suardana (alm) bersama I Wayan Sadra (alm) dan Ari Wijaya Palawara. Musik yang digarap oleh para komposer itu dipilih Sang Sutradara, yang kemudian dipilah, sehingga cocok untuk menguatkan adegan.
Dewa Jayendra mengatakan, garapan “Basur Tresnasih Kembang Ni Sokasti” sesungguhnya upaya mengajak penonton mengungkap kebenaran diri, yaitu pengendalian diri, mawas diri, dan menasehati diri. Dengan dasar tersebut, ia mencoba menuangkan lewat skenario dan menampilkan secara visual lewat audio visual. Harapan saya lewat garapan secara virtual dengan mudah pesan tersampaikan.
Menurutnya, drama film ini melibatkan 30 orang. Dalam proses pembuatan garapan ini membutuhkan kesabaran dan ketabahan. Walaupun kendala tetap ada seperti kesibukan pemain, crew dan saat shooting alam yang kurang bersahabat hujan misalnya. “Sebagai sutradara saya berupaya merangkul bagaimana berproses dalam berkesenian apalagi beberapa pemain belum mengenal dunia akting. Menanggalkan egoisme adalah jalan terbaik mempercepat proses produksi. Pengertian inilah yang saya terapkan pada seluruh pendukung. Melalui media virtual ini saya ingin cerita -cerita rakyat yang penuh dengan tuntunan dengan mudah ditonton berulang-ulang,” terangnya. (*)