Workshop Seni Lukis

Menuangkan Prinsip Ngunda Bayu dalam Seni Lukis
“Pemikiran penting, tapi kalau berkesenian dengan pemikiran itu steril,” tutur pelukis Nyoman Erawan saat menjawab pertanyaan seorang penanya dalam acara Workshop Seni Lukis di Kalangan Ratna Kanda, Taman Budaya Denpasar (7/7).
Biduk perkara soal melukis abstrak tampaknya menjadi hal sepele dimata beberapa masyarakat. Beberapa masih mengira lukisan dengan aliran abstrak tak melukiskan makna apapun dan fenomena itulah yang membuat sang penanya, yakni Abu Bakar bertanya pada Erawan yang menjadi narasumber workshop. Bung Abu, begitulah panggilan akrabnya. Abu yang merupakan seorang maestro seni teater tergugah untuk menanyakan perihal lukisan abstrak. Singkatnya, Abu menanyakan kebenaran soal presepsi beberapa orang perihal lukisan abstrak, apakah dibuat berdasarkan kontemplasi pikiran atau sebatas goresan yang tak terpikirkan oleh si pelukis. Menurut Nyoman Erawan, lukisan abstrak sejatinya tertuang pemikiran-pemikiran si pelukis. “Berkesenian dengan pemikiran adalah sebuah hal yang steril. Dalam hal ini steril berarti suatu karya yang utuh”, jawab Erawan.
Terkadang, dalam beberapa waktu, Erawan yang merupakan maestro seni lukis mengungkapkan pengalamannya. Dalam beberapa karya yang dibuat, Erawan mengaku dirinya hanya memulai dengan goresan-goresan dasar. Dari goresan itulah, Erawan mulai berpikir tentang suatu hal yang ingin diterjemahkannya dalam lukisan abstrak. Namun, tak jarang pula Erawan mengkonsep lukisan abstrak yang ingin dibuat. “Proses itu bisa dikatakan sebagai Ngunda Bayu, dalam melukis setiap jeda, setiap pemikiran yang muncul dibelakang, itu bagian dari Ngunda Bayu,” jelas Erawan. Istilah Ngunda Bayu tak hanya dikenal dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bali. Dalam berkesenian istilah Ngunda Bayu juga menjadi hal yang patut menjadi landasan. Raga dan pikiran tak selamanya boleh dipaksakan, keduanya membutuhkan rehat dan menyiapkan tenaga untuk kembali beraktivitas serta berkarya.
Selama berlangsungnya workshop, suasana tampak sepi. Rata-rata peserta yang hadir adalah dari kalangan pengunjung semata. Mahasiswa dari institut kesenian pun kehadirannya dapat dihitung jari. Melihat hal tersebut, Erawan tak terlalu ambil pusing. “Saya sebagai pengisi materi, untuk mengundang itu bukanlah tugas saya, tapi seharusnya pihak dinas (Dinas Kebudayaan Provinsi Bali-red) lebih aktif lagi,” ungkap Erawan. Dalam menyampaikan materi, Erawan tak sendirian. Terdapat pula seniman lukis mumpuni lainnya yakni Made Mahendra, Putu Bonus, dan Wiratha serta mahasiswa dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta bernama Vicky yang memberikan demonstrasi seni lukis dengan konsep Ngunda Bayu bersama Erawan. Workshop luar biasa ini pun ditutup dengan sebuah pembacaan puisi dari Putu Bonus dan permainan suling dari Erawan yang mengakhiri acara dengan susana damai dan tenang (*).