UPTD. TAMAN BUDAYA : BUDIANA DAN WIRANTAWAN, DUA SISI BALI OLEH YAYASAN KRYASTA GUNA

Ketut Budiana (70) dan Putu Wirantawan (48) boleh dikata merupakan dua seniman Balilintas generasi yang bukan hanya mewarisi capaian puncak para pendahulu, melainkan meraih pula keotentikan karyanya sebagaimana didamba banyak seniman.Baik Budiana maupun Wirantawan, dihadapkan pada godaan globalisasi dengan ikon-ikon yang diandaikan kontemporer, sekaligus pula harus kuasa mengkritisi eksotika tradisi yang sering dipandang adiluhung itu. Dalam ketegangan kreatif inilah, menjadi tantangan bagi masing-masing kreator untuk meraih capaian eksistensi pribadi tersendiri. Karenanya, selalu ada Dua Sisi yang menyertai proses cipta mereka sebagai kreator seturut upaya menyikapi dan melihat fenomena-fenomena kini, juga Bali sendiri.
Ditilik capaian teknik dan stilistiknya, bahasa rupa keduanyamerefleksikan dua sisi Bali (rwa bhineda),bukan semata berhasil mewujudkan filosofi Bali yang mengagungkan keharmonian, melainkan mencerminkan pula upaya merekadalam mempertautkan estetik tradisi dan modern. Mereka berhasil mengolah ikon-ikon yang hidup dalam masyarakat Bali kini menjadi wujud rupa yang mempribadi, melampaui kebakuan bentuk lukisan Bali tradisional. Baik Ketut Budiana maupun Putu Wirantawan sesungguhnya menawarkanupaya transformasi, diterjemahkan dalam wujud garis dan warna, memanfaatkan bukan hanya ikonografi Bali yang direvisi, tetapi suatu inovasi bersifat tematik, teknis, sekaligus stilistik. Upaya transformasi yang mempribadi itu, boleh dikata menggambarkan pula transformasi masyarakat Pulau Dewata –dari budaya agraris komunal yang guyub dan hangat menuju masyarakat modern yang berbasis industri pariwisata dengan kecenderungan individual.
Memang, sejak awal kolonial, bahkan jauh sebelum itu, Bali boleh dikata telah mengalami globalisasi dengan berbagai ragam determinasinya. Pergulatan dan capaian keduanyamerefleksikan proses lintas budaya (trans-culture) serta silang budaya (cross-culture) yang mempertautkan nilai-nilai warisan leluhurnya (tradisi) dengan nilai-nilai budaya lain.(*)