Translate

April 29, 2024

Dinas Kebudayaan

Mari Lestarikan Tradisi & Kebudayaan Bali

UPTD. TAMAN BUDAYA : BUDIANA DAN WIRANTAWAN, DUA SISI BALI OLEH YAYASAN KRYASTA GUNA

Ketut Budiana (70) dan Putu Wirantawan (48) boleh dikata merupakan dua seniman Balilintas generasi yang bukan  hanya  mewarisi  capaian  puncak  para  pendahulu,  melainkan  meraih  pula  keotentikan  karyanya sebagaimana didamba banyak seniman.Baik  Budiana  maupun  Wirantawan,  dihadapkan  pada  godaan  globalisasi  dengan  ikon-ikon  yang  diandaikan kontemporer,  sekaligus  pula  harus  kuasa  mengkritisi  eksotika  tradisi  yang  sering  dipandang  adiluhung  itu. Dalam  ketegangan  kreatif  inilah,  menjadi  tantangan  bagi  masing-masing  kreator  untuk  meraih  capaian eksistensi  pribadi  tersendiri.  Karenanya,  selalu  ada  Dua  Sisi  yang  menyertai  proses  cipta  mereka  sebagai kreator seturut upaya menyikapi dan melihat fenomena-fenomena kini, juga Bali sendiri.

Ditilik capaian teknik dan stilistiknya, bahasa rupa keduanyamerefleksikan dua sisi Bali (rwa bhineda),bukan semata  berhasil  mewujudkan  filosofi  Bali  yang  mengagungkan  keharmonian,  melainkan  mencerminkan  pula upaya  merekadalam  mempertautkan  estetik  tradisi  dan  modern.  Mereka  berhasil  mengolah  ikon-ikon  yang hidup dalam masyarakat Bali kini menjadi wujud rupa yang mempribadi, melampaui kebakuan bentuk lukisan Bali tradisional. Baik Ketut Budiana maupun Putu Wirantawan sesungguhnya menawarkanupaya transformasi, diterjemahkan dalam  wujud  garis  dan  warna,  memanfaatkan  bukan  hanya  ikonografi  Bali  yang  direvisi,  tetapi  suatu  inovasi bersifat   tematik,   teknis,   sekaligus   stilistik. Upaya   transformasi   yang   mempribadi   itu,   boleh   dikata menggambarkan pula transformasi masyarakat Pulau Dewata –dari budaya agraris komunal yang guyub dan hangat  menuju  masyarakat  modern  yang  berbasis  industri  pariwisata  dengan  kecenderungan  individual.

Memang, sejak awal kolonial, bahkan jauh sebelum itu, Bali boleh dikata telah mengalami globalisasi dengan berbagai ragam determinasinya. Pergulatan dan capaian keduanyamerefleksikan proses lintas budaya (trans-culture) serta silang budaya (cross-culture) yang mempertautkan nilai-nilai warisan leluhurnya (tradisi) dengan nilai-nilai budaya lain.(*)