Translate

April 29, 2024

Dinas Kebudayaan

Mari Lestarikan Tradisi & Kebudayaan Bali

UPTD. MUSEUM BALI : PELABUHAN ASMARA TUAN BE DI PANTAI SANUR OLEH SMKN 5 DENPASAR

Keindahan pantai sanur kala itu ditahun 1932, membawa langkah seniman lukis dari Belgia yang bernama Adrien Jean Le Mayeur yang datang ke Bali ingin menapakan kakinya di pantai sanur. Sesampainya disanur beliau menuju kebarat tepatnya di banjar kelandis untuk mencari tempat menginap. Di tempat inilah beliau menemukan inspirasi dari obyek seni lukisnya yaitu seorang penari legong nan cantik dari banjar Kelandis yang bernama Ni Nyoman Pollok. Dari sinilah kisah asmara Le Mayeur dan Ni Pollok dimulai. Panorama indahnya pantai Sanur melatarbelakangi liak liuk tubuh Ni Pollok sebagai obyek lukisan Le Mayeur , yang membawa kemasyuran karya- karya lukisan Le Mayeur keseluruh dunia. Dari kedekatan dua insan berbeda negara inilah tumbuh gejolak asmara menuju pada puncaknya yang akhirnya memutuskan untuk menikah dan tinggal di pesisi pantai Sanur dalam sepetak tanah yang di belinya pada tahun 1935. Setelah tinggal disini, beliau semakin berambisi untuk membangkitkan pariwisata di Sanur dengan memanfaatkan para bendega Sanur untuk menangkap ikan hias serta para undagi patung untuk di pamerkan di galeri lukisnya. Saat itulah pimpinan bendega yang bernama Ide Ketut Aseman yang tidak lain adalah Ide Pedanda Made Sidemen (setelah jadi pendeta suci). Dari ide Ketut Aseman inilah muncul nama panggilan dari Le Mayeur dengan panggilan Tuan Be , dikarenakan hampir setiap hari para nelayan disuruh menangkap ikan hias untuk dipamerkan. Dari sini pula Ide Ketut Aseman dan para seniman patung di Sanur mulai bangkit dan terkenal. Dari pelabuhan asmara Tuan Be dengan Ni Pollok inilah membawa dampak kemasyuran pantai Sanur beserta masyarakatnya yang kreatif menjadi terkenal di mancanegara,dan akhirnya pada tahun 1956, Le Mayor atau Tuan Be bersama istrinya Ni Pollok ingin menjadikan galerinya sebagai museum yang di beri nama museum Le Mayeur.