Translate

April 29, 2024

Dinas Kebudayaan

Mari Lestarikan Tradisi & Kebudayaan Bali

UPTD. MUSEUM BALI : CINTA BERTALI OLEH KOMUNITAS BUDAYA SANGGAR SENI BASWARAM

Bila cinta adalah keindahan, maka ia kan selalu ada. Cinta bertemu indah, pada saat dan tempat yang tak pernah salah. Seperti Adrin Jean Le Mayeur, pelukis pecinta keindahan, membawanya pada sebuah keindahan negeri Bangsur. Menjelajah dari Den Bukit menuju selatan dan terpana oleh sebutir permata di sebuah desa bernama Klandis.

Keindahan pesona seorang penari telah meluluhkan setiap warna sapuan kuasnya. Setiap gerak, agem dan tanjeg sang penari, menjadi sudut lekuk guratan pensilnya. Tajam tatapan dan liar seledet matanya, menerpana sang pelukis. Setiap lekuk tubuhnya, menjadi kenikmatan dan pemuasan ide Le Mayeur untuk dituangkan di media cintanya, kanvas. Iya, cinta, perbedaannya begitu tipis antara kenikmatan dan pemuasan. Berawal dari Le Mayeur mencintai kendahan dan memuaskan dirinya menikmati keindahan setiap langkah sang penari, lalu menuangkannya dalam media lukisnya.

Cinta Le Mayeur tidak berhenti hanya menjadikannya media, karena ternyata media itu telah memikat hatinya. Raut dan warna tubuhnya adalah pelangi setelah hujan bagi Le Mayeur. Namun, pelangi yang indah itu tidak boleh mengotori langit. Karena bila ia mengotori langit, pelangi kehilangan indahnya. Pelangi takkan lagi cantik untuk ditatap, apalagi untuk  dilukis. Tiga tahun bukanlah waktu yang singkat bagi sang penari menerima cinta Le Mayeur. Cinta mengikat seperti tali, mengikat kuat tak hendak berpisah. Namun, tali itu jua mengikat tradisi sang penari. Ia cinta bertali sang penari NI POLLOK.