Translate

April 28, 2024

Dinas Kebudayaan

Mari Lestarikan Tradisi & Kebudayaan Bali

Topeng Bondres Badung Ceritakan Ritual Magpag Yeh Sebagai Pemuliaan Air

DENPASAR – Sanggar Seni Yudistira dan Majalangu, Duta Kabupaten Badung tampil membawakan kesenian topeng bondres serangkaian Pesta Kesenian (PKB) di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center), Minggu (3/7/2022) siang. Dalam kesempatan tersebut, mereka menceritakan ritual Magpag Yeh di Desa Kapal, Kecamatan Mengwi yang bermakna pemuliaan air sebagaimana tema PKB “Danu Kerthi Huluning Amreta, memuliakan air sebagai sumber kehidupan.

Bebondresan yang ditampilkan oleh Sanggar Seni Yudistira dan Majalangu mengocok perut penonton meski siang itu suasana sedang terik dan gerah. Penampilan mereka juga disaksikan langsung oleh Ketua TP PKK Provinsi Bali sekaligus Ketua Dekranasda Provinsi Bali, Nyonya Putri Suastini Koster didampingi Kabid Kesenian Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Ni Wayan Sulastriani.

Topeng Bondres dengan judul “Magpag Yeh” berawal dari cerita masyarakat Desa Kapal pada jaman pemerintahan Raja Kapal I Gusti Agung Made Agung yang aman, tentram, dan makmur. Sampai pada suatu ketika masyarakat agraris, para petani Desa Kapal mengalami resah karena lahan persubakan kekurangan air irigasi. Kebijaksanaan raja I Gusti Agung Made Agung tergerak untuk menangani dengan menyusuri Tukad Penet ke hulu sampai di Hulun Danau Beratan. Beryoga dan dianugrahi petunjuk untuk menaikkan air Tukad Penet di daerah Penarungan sebagai sarana pengairan persawahan masyarakat Kapal. Di tempat tersebut kemudian dibangun pura yang disebut Pura Paluh sebagai tempat magpag yeh.

Setiap akan menghadapi masa tanam, masyarakat petani Desa Kapal diwajibkan menggelar upacara magpag yeh. Upacara ini digelar mulai dari Pura Desa lan Puseh Desa Adat Kapal berjalan beriringan menuju Pura Paluh sebagai sumber air. Prosesi berjalan terkesan sangat unik karena diiringi lelampahan baris yang mengisahkan sejarah prosesi Magpag Yeh. Yeh simbul dari kesucian dan kemerthan dalam wujud keris yaitu keris Desa, Puseh dan Paluh diusung beriringan menuju Pura Paluh disertai dengan sarana tumpeng besar, pakelem bebek mapupuk emas, gabah, uang kepeng dan lain sebagainya.

Koordinator pementasan, AA Bagus Sudarma mengungkapkan, ritual Magpag Yeh ini tertuang purana Desa Kapal. Sejak turun temurun tradisi itu dilaksanakan karena memiliki peran penting terkait memohon air sebagai sumber pengairan di sawah dan penghidupan. “Bukan untuk pengairan sawah saja, untuk kehidupan kita semua. Semua yang pakai air itu harus subakti pada Bhatara di Ulundanu Beratan. Karena pusatnya ini ada di Ulundani Beratan. Bahkan di Ulundanu Beratan kita mengadakan prosesi mulang pekelem,” ungkapnya.

Untuk tampil di PKB, pihaknya melibatkan sebanyak 50 seniman baik penabuh maupun seniman topeng bondres. Butuh waktu dua bulan bagi Snaggar Yudistira dan Majalangu ini untuk memulai proses kreatif. Dikatakan, seniman topeng yang dilibatkan terdiri dari seniman senior dan seniman baru sebagai bentuk regenerasi. “Jadi saling mengisi. Senimannya tidak semuanya senior. Ada juga yang baru. Jadi biar ada regenerasi. Apalagi yang kami tampilkan ini pakem klasik,” kata Sudarma.*