Translate

April 20, 2024

Dinas Kebudayaan

Mari Lestarikan Tradisi & Kebudayaan Bali

Telek dan Rejang, Sanggar Seni Taksu Murti Kemanisan, Desa Adat Legian, Kec. Kuta, Duta Kabupaten Badung. Kalangan Angsoka, Taman Budaya Bali – Selasa 2 Juli 2019, 14.00 wita.

Meredam Gejolak Bumi Dengan Tari Telek

            Penonton menyesaki kalangan Angsoka, Taman Budaya, Denpasar, Selasa (2/7). Mereka hanyut menyaksikan penampilan Tari Telek  persembahan Desa Adat Legian, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung.

Menurut I Made Nova Antara (28) selaku Ketua Sanggar Seni Taksu Murti Kemanisan, desa Adat Legian, tari Telek menceritakan tentang Tri Semaya atau Siwa Tatwa. Ceritanya, Sang Hyang Siwa dan Dewi Uma sedang bersenggama, istilahnya bumi itu akan berguncang. Kemudian Dewa Tri Murti turun ke dunia, Bhatara Brahma menjelma sebagai topeng bang atau jauk, Bhatara Wisnu sebagai Telek, dan Bhatara Iswara sebagai Barong. “Beliaulah yang akan menetralisir bumi agar tidak terjadi gejolak yang akan dibuat Dewa Siwa dan Dewi Uma,” cerita  Nova Antara.

Di Desa Legian, menurut Nova Antara tari Telek merupakan ciri khas. “Kami menampilkan ini karena di sini memiliki keistimewaan tersendiri, karena ada lima tokoh di dalam pertunjukan telek tersebut. Yaitu Sandar, kemudian ratunya namanya Telek, lalu ada Jauk, yang keempat namanya topeng Sobrat atau Penamprat, yang kelima ada Bharaspati Raja yaitu Ratu Ayu,” celoteh Nova Antara. Ratu Ayu yang dimaksud adalah Barong, yang dalam pementasannya terdapat ciri khas dari Desa Legian. Yaitu bagian tapel Barong berisi bunga bancangan yang biasanya terdapat di gelungan Legong. “Pesan yang ingin kami sampaikan bahwa tari Telek sebagai penetralisir artinya ada Rua Bhineda, baik dan buruk tidak pernah terlepas dari bumi ini,” tegas Nova Antara. Pria dengan baju hitam itu pun berharap agar dengan adanya pementasan Tari Telek, kesenian klasik ini bisa menjadi kekuatan kita dan tidak ada campur baur dari seni budaya lain.

Pementasan ini diikuti oleh 70 orang penari serta penabuh dari tiga banjar di Desa Legian. Yaitu Banjar Legian Kelod, Banjar Pekandalan, dan Banjar Legian Kaja. Karena mengumpulkan banyak orang dari banjar yang berbeda, tentu hal inilah yang menjadi tantangan terberat, sebab masing-masing banjar memiliki kesibukan yang berbeda.

Penampilan ini mendapat apresiasi pengamat seni Cok Gede Sarokana S.Pd, M.Pd (58). “Tari Telek yang sekarang muncul niki sama bagusnya dengan yang lain. Cuma di sini ada yang sifatnya lebih seremonial yaitu keagamaan. Sekarang untuk ini ada barongnya ditambah  ada asap dan dupanya. Tabuhnya juga biasanya Semar Pegulingan, tapi di sini bukan Semar Pegulingan,” papar Sarokana.   

Ngelawang Duta Denpasar

Sore harinya, di areal Taman Budaya, Denpasar, tampil duta kota Denpasar dari sanggar Sekaa Ngelawang Gurnita Shanti, Br. Ambengan, Pedungan, kota Denpasar. Mereka menampilkan ngelawang. Ngelawang kali ini mangangkat lakon Rare Anguan. Lakon ini Rare Anguan  mempunyai makna  pikiran yang selalu  mengembara bagaikan  pergerakan angina yang  selalu mengalir  menjelajahi ruang dan waktu. Kordinator Sekaa Ngelawang Gurnita Shanti, Br. Ambengan, Pedungan, Made Simita, SE. (*)