Translate

May 6, 2024

Dinas Kebudayaan

Mari Lestarikan Tradisi & Kebudayaan Bali

Tampilkan Tari Klasik, Dinas Kebudayaan Gunung Kidul Bersyukur Bisa Berpartisipasi Kembali ke PKB

DENPASAR – Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayaan) Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta mengaku bersyukur bisa kembali berpartisipasi di Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIV Tahun 2022, setelah dua tahun terkendala pandemi covid-19. Pada penampilan di PKB kali ini, Dinas Kebudayaan Kabupaten Gunung Kidul menampilkan Pergelaran Seni Tradisi yang di Kabupaten Gunung Kidul bertempat di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center), Jumat (1/7/2022) malam.

Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Gunung Kidul, Chairul Agus Mantara mengungkapkan, tampil berpartisipasi di ajang PKB sejatinya merupakan agenda rutin dari kabupaten ini. Menurutnya, PKB merupakan ajang bergengsi untuk diikuti. “Kami bermitra dengan Pemerintah Provinsi Bali sudah erat ya. Jadi tak terhitung sudah kali kami berpartisipasi di PKB. “Dua tahun selama pandemi ini kami sempat galau. Akhirnya dana yang sebelumnya kami sudah anggarkan (untuk tampil di PKB) harus kami alihkan. Tahun ini dibuka kembali, kami bersyukur bisa diberikan kesempatan untuk bisa berpartisipasi kembali,” ujarnya.

Disinggung mengenai proses kreatif dalam penggarapan karya, kata Chairul, tidak begitu lama. Sebab kesenian yang dibawakan adalah kesenian klasik yang sudah sering ditarikan. Adapun yang dilibatkan adalah seniman-seniman muda berjumlah 30 orang. “Proses kreatif sebetulnya tidak lama. Karena PKB ini menjadi event rutin yang kami ikuti. Jadi ada tiga kesenian yang kami tampilkan, yang mana ketiganya sudah menjadi tari yang klasik dan sering ditarikan oleh kami. Tidak banyak memerlukan latihan, kami hanya tinggal mengkreasikan dan menyesuaikan dengan kebutuhan saat tampil di sini,” jelas Chairul.

Tiga kesenian yang ditampilkan malam itu, di antaranya Tari Golek Ayun-ayun yang merupakan tari klasik khas Yogyakarta sebagai tari penyambutan. Tarian ini mengandung makna filosofis dan estetika di dalamnya, di mana menceritakan seorang gadis tumbuh beranjak dewasa yang suka berias diri atau bersolek.

Penampilan Tari Klana Topeng kemudian menjadi penampilan selanjutnya. Tema yang menjadi sumber tarian ini mengambil dari cerita panji, yang menceritakan Prabu Klana Sewandana sedang jatuh cinta kepada seorang wanita yang bernama Dewi Sekartaji. Tarian ini menggambarkan bagaimana Prabu Klana Sewandana “Gandrung Wuyung” dan berhias diri agar wanita tersebut tertarik kepadanya.

Sajian terakhir yakni sendratari Dhaksinarga Kajarwa yang terinspirasi dari cerita Babad Alas Nangka Dhoyong. Konon, ini merupakan cerita sejarah berdirinya Kabupaten Gunung Kidul D.I. Yogyakarta. Adalah Demang Wonopawiro, Tokoh Masyarakat dari Desa Piyaman yang dibantu oleh Mbok Niti Sari berhasil membuka lahan di dalam Hutan/Alas Nongko Dhoyong yang dijaga oleh peri cantik bergelar Nyai Gadhung Melati.

Hutan Nongko Dhoyong yang semula berupa rimba belantara yang juga disebut sebagai Wono Asri. Lambat laun berubah menjadi sebuah pemukiman padat penduduk, hingga beralih nama menjadi Wono Sari, lestari dan berkembang menjadi Bumi Dhaksinarga. Dhaksinarga berasal dari kata Dhaksina yang berarti Selatan (Jawa: Kidul), dan Arga yang berarti Gunung, sehingga Dhaksinarga adalah nama lain dari Gunungkidul, yang saat ini menjadi salah satu kabupaten di D. I. Yogyakarta.*