Translate

April 25, 2024

Dinas Kebudayaan

Mari Lestarikan Tradisi & Kebudayaan Bali

Sesolahan Seni Sastra “Ngurug Pasih” sajian Sanggar Asta Gita SMAN 8 Denpasar. “Ngurug Pasih”, Pesan untuk Pemuliaan Laut

DENPASAR – Bulan Bahasa Bali 2020, Senin (10/2) sore menyajikan sesolahan (pentas) seni sastra bertajuk “Ngurug Pasih” garapan Sanggar Asta Gita SMAN 8 Denpasar. Pentas disajikan di Panggung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, Denpasar.

Pentas seni yang didukung 100an orang siswa itu sangat tegas memberi pesan pelestarian lingkungan. Alur pentas dimulai dengan penjualan tanah warisan oleh seorang penduduk kepada investor. Investor lantas melakukan tindakan dengan mengurug laut, yang membuat lingkungan disharmonis. Kondisi itu membuat penguasa murka dan memberi kutukan pada investor. Pesan menjaga ekosistem itu semakin ditegaskan di akhir pentas yang memperlihatkan kutukan leluhur bagi orang yang telah menjual tanahnya.

“Judul ini diberikan langsung pada kami (oleh panitia, red). Judul sangat bagus, yang ujungnya diharapkan dapat menjadi media edukasi lingkungan bagi anak-anak. Bagaimana supaya diketahui bahaya dari menjual tanah leluhur, apalagi sampai mengurug laut,” kata Kepala SMAN 8 Denpasar, Drs. I Ketut Suyastra, M.Pd., di akhir pentas.

Untuk menghasilkan sajian sedemikian rupa, pihaknya membutuhkan waktu sekitar tiga minggu. Tim kreatif pun melakukan studi pustaka yang berbasis pada teks. Upaya tersebut dilakukan untuk mempertajam pesan yang ingin disampaikan kepada penonton.

“Kita lakukan kajian-kajian dari berbagai teks, sehingga pesan yang disampaikan bisa lebih kuat,” katanya sembari mengapresiasi langkah Pemprov Bali melestarikan bahasa Bali melalui program Bulan Bahasa Bali 2020.

Sementara itu, dua siswa yang memerankan tokoh sentral dari garapan, Ni Luh Ayu Pradnya Amelia Dharma Putri dan I Wayan Mahesa Candra W.S, mengaku sangat senang bisa tampil di Bulan Bahasa Bali 2020. Mereka pun tak mampu menyembunyikan kegembiraan ketika tepuk tangan bergemuruh usai pagelaran itu berakhir.

“Kami menyiapkan pentas ini sejak tiga minggu terakhir di akhir pelajaran. Latihan semakin intens seminggu terakhir, agar pentas jadi baik,” kata Mahesa.

Memerankan tokoh yang banyak mendapat jatah dialog, awalnya ia merasa cukup tegang, terlebih pentas tersebut adalah ajang pertama ia bermain drama. “Saya baru pertama kali main drama, apalagi berbahasa Bali. Tapi, saya ingin membuktikan saya bisa, dan terbayar atas hasil penyas tadi,” aku siswa kelas XI ini.

Hal senada pun diakui Amelia. Meski ia sudah cukup sering bermain teater maupun drama klasik, pentas kali ini dipandang cukup menantang. “Saya memang sering main teater atau bermain drama klasik berbahasa Bali. Tapi, pada pentas kali ini cukup menantang karena dialognya cukup banyak sebagai tokoh utama, apalagi saya tak begitu fasih berbahasa Bali,” terangnya sambil mengapresiasi perhelatan Bulan Bahasa Bali 2020 dan berharap ke depan tetap diberi ruang berkarya.