Translate

April 18, 2024

Dinas Kebudayaan

Mari Lestarikan Tradisi & Kebudayaan Bali

Ratusan Pelajar Ikut Nyurat Lontar dan Ngetik Aksara Bali

DENPASAR-Ratusan pelajar yang terdiri dari mahasiswa, SMK/SMA perwakilan di Bali turut serta dalam kegiatan nyurat lontar dan ngetik aksara Bali, serangkaian pembukaan Bulan Bahasa Bali ke-5, di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali, Rabu (1/2). Para pelajar tampak antusias menjadi bagian dalam melestarikan aksara dan sastra warisan leluhurnya.

Sebuah kombinasi kemasan menyajikan cara menulis aksara Bali melalui media tradisional dan digital tersebut menjadi ikon baru dalam pelaksanaan Bulan Bahasa Bali ke-5 yang dibuka secara langsung oleh Bapak Gubernur Bali Wayan Koster. “Ikon yang menarik dalam ajang Bulan Bahasa Bali kali ini adalah penyajian cara nyurat lontar di masa lalu dan kekinian yaitu ngetik di komputer,” kata Kepala Bidang Sejarah dan Dokumentasi Kebudayaan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Drs. A.A. Ngurah Bagawinata, M.M. disela-sela pembukaan Bulan Bahasa Bali.

Kepala Bidang Sejarah dan Dokumentasi Kebudayaan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali menjelaskan, topik yang menarik itu, yakni masa lalu yang menghadirkan nyurat lontar dengan pengrupak di atas lontar. Sedangkan yang baru, yakni lompatan teknologi dengan keyboard aksara Bali. Masa lalu dan masa kini ini ditampilkan secara berdampingan. “Kegiatan masa lalu yang diterapkan oleh lelangit leluhur kita berkaitan dengan penglimbakan bahasa dan aksara Bali, begitu juga dengan teknik teknologi. Ini sudah dibuat oleh anak-anak bangsa, anak-anak krama Bali berupa keyboard aksara Bali,” ujarnya.

Festival nyurat lontar dan mengetik Bahasa Bali ini memang menjadi hal baru.dalam kesempatan tersebut, Bapak Gubernur Bali Wayan Koster dan Bapak Wakil Gubernur Tjok. Oka Artha Ardhana Sukawati atau Cok Ace turut menyaksikan festival nyurat lontar dengan pengrupak setelah pembukaan Bulan Bahasa Bali ke-5 itu berlangsung. Kemudian meninjau pengetikan Bahasa Bali dengan keyboard, yang dilanjutkan mengunjungi Reka Aksara (Pameran) Bulan Bahasa Bali ke-5.

Bulan Bahasa Bali Tahun 2023 mengusung tema “Segara Kerthi: Campuhan Urip Sarwa Prani” yang dimaknai sebagai altar pemuliaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali untuk memaknai laut sebagai awal dan akhir kehidupan segenap makhluk. Selama sebulan penuh menyajikan 6 kegiatan pokok, yaitu Kriyaloka (Workshop), Widyatula (Seminar), Wimbakara (Lomba), Sesolahan (Pergelaran), Reka Aksara (Pameran), dan Penganugrahan Bali Kerthi Nugraha Mahottama kepada dua tokoh khususnya dibidang sastra Bali. Tema ini terejawantahkan dalam setiap tampilan materi.

Selaku Kurator Bulan Bahasa Bali I Putu Eka Gunayasa menambahkan kepesertaan nyurat lontar dan ngetik aksara Bali diikuti oleh mahasiswa dari Faklutas Ilmu Budaya Universitas Udayana, serta perwakilan masing -masing sekolah baik tingkat SMP maupun SMA/SMK di Bali. “ Sebanyak 50 mahasiswa terlibat dan ratusan siswa SMP, SMA/SMK ikut serta dalam acara ini, kegiatan ini sekaligus menunjukan sebuah pengenalan,pengembangan aksara, sastra Bali di kalangan pelajar,” kata Gunayasa yang juga dosen FIB Unud tersebut.

Sementara, saat pembukaan Bulan Bahasa Bali ke-5, dimeriahkan penampilan apik anak -anak Kokar Bali yang menyajikan prosesi sesolahan Sandhya Githa yang mengangkat judul “Nawa Ruci”. Sesolahan Sandya Githa ini dikemas lebih atraktif dan menarik dengan memadukan kombinasi visual. Konsepnya sandya githa, tetapi dalam pengkemasannya mirip dengan sendratari.

Meski demikian, porsi gerak tari lebih sedikit, karena harus menggunakan vocal atau suara dan menonjolkan sastra. Pola gerak dikembangkan pada posisi diam, lalu diikuti dengan bernyanyi. “Sandya Githa ini lebih banyak dikreasikan, namun tetap berpedoman pada tema “Segara Kerthi”,” ucap Ketua Sanggar Seni Kokar Bali, Ketut Darya.

Dalam garapan ini, Kokar menggangkat kehidupan sarwa prani, semua kehidupan di laut karena di sana tempat peleburan juga penyucian. Terbentuknya alam dan manusia dari unsur panca maha buta, sehingga pesan yang disampaikan manusia hendaknya menyayangi laut, karena berkontri besar pada manusia. “Laut, tempat pemarisuda dan amerta itu ada di laut, maka sayangi laut,” tutupnya. (*)