Translate

April 19, 2024

Dinas Kebudayaan

Mari Lestarikan Tradisi & Kebudayaan Bali

Parade Topeng Prembon, Sanggar Sere Lemo, Desa Peninjoan, Kec. Tembuku, Duta Kabupaten Bangli. Kalangam Ratna Kanda, Taman Budaya Bali – Selasa 9 Juli 2019, 11.00 wita.

Pemain Prembon Luar Biasa, Alur Cerita Bolak-Balik

“Kalau personil sudah luar biasa, sudah baik sekali. Cuma plot ceritanya di bolak-balik sehingga tidak bagus,” tutur Tjokorda Raka Tisnu memberi komentar terhadap penampilan Topeng Prembon Bangli pada Selasa Siang (9/7) di Kalangan Ratna Kanda, Taman Budaya, Denpasar.

            Segala aspek dalam pakem Topeng Prembon telah ditunjukkan Duta Kabupaten Bangli dengan apik. Sayangnya, permainan para penampil yang apik dinodai dengan alur cerita yang tak runtut. Hal tersebut disampaikan oleh Tjokorda Raka Tisnu sebagai salah satu Tim Pengamat Parade Topeng Prembon Pesta Kesenian Bali (PKB) tahun 2019. Menurut Tisnu, cerita yang terbolak-balik itu dapat terlihat dalam beberapa adegan. Semisal tokoh Dalem atau Raja mestinya muncul di awal cerita terlebih dahulu. “Dalem itu dia harus di muka, keluarnya jangan di belakang, salah itu,” jelas Raka kritis. Dalam alur cerita kesenian dengan lelampahan (kisah), tokoh raja memang harus keluar di awal dan turut menyelesaikan pokok-pokok bahasan ceritanya. “Nah ini, kenapa di belakang?” tanya Tisnu. Meski demikian, para pemain sudah menguasai pakem Topeng Prembon dengan baik.

Kisah yang dibawakan oleh Duta Kabupaten Bangli yang diwakili oleh Sanggar Sere Lemo, Desa Peninjoan, Kecamatan Tembuku ini bertajuk Sang Anom Bagus. Sang Anom Bagus sendiri sejatinya adalah putra raja namun hal itu tak diketahui kekasihnya yakni Dewa Ayu Mas dan orang tuanya. Karena alasan status, orang tua Dewa Ayu Mas tidak menyetujui hubungan putri kesayangannya dengan Sang Anom Bagus. Hingga pada akhirnya, saat Sang Anom Bagus hampir dibunuh oleh ayah Dewa Ayu Mas, datanglah ayah Sang Anom Bagus menyelamatkan putranya dan mendamaikan situasi yang memanas. “Cinta itu tidak harus memilih sesuai soroh, karena tak akan ada yang tahu namanya jodoh, itulah yang kita tanamkan,” ujar Sang Putu Hendra Bayuna selaku koordinator garapan. Hendra yang turut menjadi penampil Topeng Tua dan ayah Sang Anom Bagus mengaku, untuk persiapan pementasan kali ini telah dilakukan sejak bulan Mei lalu. “Persiapannya bulan Mei ada pembinaan dari tim provinsi sekali, untuk dari Disbud sering datang,” jelas Hendra. Sanggar yang telah berdiri sejak tahun 2005 ini sejatinya khusus untuk belajar seni pewayangan, namun akhir tahun 2005 baru merambah ke seni tari, topeng, dan tabuh.

Selama berproses, Hendra mengaku dirinya dan para penampil lainnya kesulitan dalam pemahaman lagu. “Permainannya ada topeng pakai karakter, sekitar tiga orangnya lagi pakai tokoh pengarjaan dijadikan satu bingkai itu yang agak susah,” keluh Hendra. Namun, pada akhirnya permasalahan justru tidak datang dari pemahaman lagu, melainkan dari alur cerita yang tidak runtut. Sehingga garapan manis dari Bangli harus rela terkena nila setitik karena alur cerita yang terbolak-balik. Sebagai sebuah pesan, Hendra pun mengungkapkan agar generasi muda senantiasa mempelajari kesenian tradisi Bali. “Generasi muda jangan takut mengambil peran tari tradisi, karena ketika kita mampu membawakan tari ini, kita akan lebih dewasa,” ujar Hendra (*).