DISBUD PROV. BALI : INDONESIA SATU NUSA SATU PER SATU OLEH SANGGAR KAYONAN

Awal dari yang paling awal untuk memulai bernama puisi. Ia empunya irama, rima dan bait-bait kata dalam bahasa multi tafsir. Sehingga kelahirannya tidak mudah ditebak. Terkadang nyata, namun sering absurd dan sumir. Pemilik kekuatan jelajah yang sanggup menembus ruang waktu adalah puisi. Ia bicara apa saja dan mengungkap apapun dalam kesemuan nyata, melalui kata, bahasa, rasa, dan jiwa. Karena kata orang menangis, karena kata orang bahagia, karena kata orang tersinggung, karena kata orang tersanjung dan karena kata yang diucapkan bait demi bait, baris demi baris, dalam irama dan rima, semua yang merasakan sadar bahwa itulah puisi.
Karya puisi ini bicara tentang Indonesia, dengan segala keagungan, ketakjuban dan ketangguhan jawaranya keanggunan dan kesantunan. Ruang dan waktu bicara lagi, bicara tentang Indonesia bahkan seluruh dunia, yang tengah dirundung petaka corona. Merah putih dalam bahasa yang sama Indonesia berkibar melemah. Satu Nusa Satu Bangsa sebagai jargon kekuatan bersama seperti tidak utama. Kumandangnya mengalun surup ditelan khawatir dan rasa takut. Corona membuat jagat nusantara porak poranda.
Punggawa negara tampil bijak selamatkan anak bangsa, diterjemahkan dengan beragam kata seperti dalam puisi saling bersilangan. Satu bahasa awalnya, sejenak terpecah arah dipersimpangan. Ada yang memilih diam dan bergerak. Diam itulah nyawa, sedangkan bergerak itu nyata-nyata awal petaka, sebagai ancaman kematian sendiri yang didermakan ke orang lain.
Karya sastra instalasi puisi dalam tajuk PAWISIK berupa Puisi Wiraga dan Musik, dengan judul INDONESIA SATU NUSA SATU PER SATU, mencoba memberi repertoar baru, menterjemahkan situasi Indonesia saat ini, dengan segala keprihatinan, harapan dan secara implisit menyusun kekuatan bersatu kembali dan sejati, untuk tidak menyerah pada keadaan. Entah pandemi, gejolak politik, ekonomi dan apapun, dengan gaya bahasa puisi yang larut dalam semangat merah putih. INDONESIA SATU NUSA SATU PER SATU akan kembali tangguh menjadi INDONESIA SATU NUSA SATU BANGSA.
Ingat !
Cuci tangan Jaga jarak Pakai masker
Hiduplah Bangsaku Merdeka
Aku I Dewa Gede Alit Saputra, berdarah Indonesia asli menulis ini dengan pikiran dan tangan sendiri dan bantuan orang lain, ketika hujan begitu lebat diantar nyanyian petir saat malam semakin malam.