Translate

April 21, 2025

Dinas Kebudayaan

Mari Lestarikan Tradisi & Kebudayaan Bali

Festival Konservasi Lontar, Cara Selamatkan Lontar dan Bentuk Edukasi

Festival Konservasi Lontar di Kabupaten Bangli, tak hanya berhasil mengidentifikasi serta melakukan perawatan terhadap lontar-lontar kuno, tetapi juga sebagai bentuk edukasi. Alat, sarana dan proses perawatan lontar yang dilakukan oleh Tim Penyuluh Bahasa Bali yang menjadi partner Dinas kebudayaan Provinsi Bali dalam upaya penyelamatan lontar itu juga menjadi perhatian masyarakat, utamanya pemilik lontar. “Apa yang kami lakukan dalam mengidentifikasi dan upaya perawatan, nantinya bisa ditiru pemilik lontar untuk merawat lontarnya,” kata Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Bangli, Putu Dedi Handana, S.Pd.B., M.Pd disela-sela festival, Selasa (8/2/2022).

Festival Konservasi Lontar serangkaian dengan pelaksanaan Bulan Bahasa Bali IV Tahun 2022 dipusatkan di Rumah Cokorda Agung Anggadwipa Indrawan,S.H yang beralamat di Banjar Pande, Kelurahan Cempaga, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Tim Penyuluh Bahasa Bali berhasil mengidentifikasi 21 cakep lontar dari 26 cakep lotar yang ada. Sementara sisanya, sebanyak 5 cakep lontar dalam keadaan rusak. “Kebedaraan lontar milik Cokorda Agung Anggadwipa Indrawan dalam keadaan kurang terawat. Maklum, pemilik tidak tahu cara merawatnya, sehingga banyak dimakan rayap,” paparnya.

Dari 26 cakep lontar yang ada di Rumah Cokorda Agung Anggadwipa Indrawan itu terdiri dari Lontar Tingkahing Pemangku, Tutur, Kaputusan Rambut Katomah, Wariga, Kaputusan Siwa Sumedang dan lainnya. Lontar-lontar yang ada jarang, bahkan tidak pernah dibuka dan dibaca. Kalaupun dibuka, itu karena akan diupacarai, seperti pada Hari Raya Saraswati dan hari suci lainnya. “Kami melihat lontar ini jarang disentuh. Itu mungkin karena pemilik belum membacanya,” ungkap pria enerjik ini.

Putu Dedi Handana mengatakan, setelah Tim Penyuluh Bahasa Bali melakukan konservasi di Bangli, sudah banyak lontar telah terindentifikasi dan terawat dengan baik. Lontar itu milik warga di Kabupten Bangli ini. Dari semua kecamatan, lontar yang sudah terindentifikasi paling banyak ada di Kecamatan Bangli. Jenisnya beragam, antara lain Kadiatmikan, Tutur, Wariga, dan Usada. “Sampai tahun ini, sudah 274 cakep lontar yang dikonservasi di Kabupaten Bangli, dan dari 274 cakep lontar, sebanyak164 cakep lontar yang teridentifikasi,” ungkapnya.

Sementara Cokorda Agung Anggadwipa Indrawan mengakui, lontar-lontar yang menjadi tetamian (warisan dari leluhurnya) jarang disentuhnya. Ia dan anggota keluarga lainnya juga tidak pernah membacanya, karena tidak tahu aksara Bali. “Kami tidak memiliki generasi pembaca lontar. Keberadaan lontar-lontar ini sudah lama, namun tidak pernah ada yang merawatnya. Kami hanya mebanteninnya (upacarai) saja. Kami bersyukur ada Tim Penyuluh Bahasa Bali yang mengidentifikasi. Kalau tidak, kami pasti tak akan tahu jenis lontar yang kami miliki,” akunya polos.

Dengan adanya konservasi serangkaian Bulan Bahasa Bali ini, pihaknya mengaku mendapat pelajaran utamanya cara merawat lontar yang dimilikinya. Apalagi, tim yang datang itu memberikan penjelasan yang sangat lengkap, sehingga menjadi pengalaman berguna dalam melestarikan lontar yang terkait dengan aksara. “Atas saran dari tim konservasi, maka kami akan membuatkan tempat yang khusus yang terbuat dari kaca, sehingga lontar-lontar dalam keadaan aman,” imbuhnya.

Tempat yang akan dibuat secara khusus, agar lontar-lontar yang ada terlindungi dari rayap dan binatang lainnya. Disamping itu, dirinya akan segera melakukan digitalisasi lontar yang masih utuh, sehingga isi lontar lebih cepat bisa dipelajari generasi muda. “Kami sangat bersyukur dengan adanya Tim Penyuluh Bahasa Bali yang telah membantu merawat lontar warisan leluhur kami. Kami pun mendapatkan ilmu, khususnya dalam merawat lontar,” tutupnya.(*)