Translate

April 29, 2024

Dinas Kebudayaan

Mari Lestarikan Tradisi & Kebudayaan Bali

Konservasi 50 Cakep Lontar di Puri Anyar Kerambitan

DENPASAR-Festival Konservasi Lontar serangkaian Bulan Bahasa Bali IV di Kabupaten Tabanan berlangsung di Puri Anyar Kerambitan, Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan. Tak kurang 50 cakepan lontar yang dikonservasi dengan jenis lontar, seperti Kakawin Wiracarita Itihasa Ramayana, Kalimausadha-Kalimausadhi, Kawisesan, Ramayana 2, Usadha, Pawacakan, Malaning Wuku, Putra Sesana, Roga Sanghara Bhumi hingga Pangiwa. “Lontar di Puri Anyar kondisinya masih bagus,” kata Kordinator Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Tabanan, I Made Ari Santika,S.Pd, Selasa (22/2/2022).

Bagusnya kondisi lontar di Puri Anyar itu karena lontar dirawat dengan baik, yakni disimpan dalam kropak, dan ditaruh dalam lemari, sehingga kerusakannya tidak begitu parah. Walaupun ada beberapa yang rusak, namun tidak begitu banyak dan berarti. Artinya masih bisa dibaca, jika ingin membacanya. “Justru, faktor penyebab rusaknya lontar di Puri Anyar itu oleh kayu cakepan lontar itu sendiri. Kayunya itu, dibuat dari kayu Palam (Pugpug Pohon Jaka). Dalam cakepan itu ada unsur sagunya, sehingga menjadi tempat bersarang dan makannya para ngetnget (rayap),” bebernya.

Festival Konservasi Lontar yang digelar Dinas Kebudayaan Provinsi Bali berkolaborasi dengan Penyuluh Bahasa Bali ini melakukan perawatan dan konservasi lontar, yaitu membersihkan dari debu menggunakan kuas halus. Jika ada tulisan yang buram kurang jelas, maka dilakukan penghitaman dengan buah kemiri yang dibakar dan sudah dihaluskan. Kemudian, dilanjutkan dengan pembersihan lagi, dan setelah betul-betul bersih dilanjutkan pembaluran dengan minyak sereh yang sudah tercampur dengan alkohol, setelah itu lontar tersebut diangin-anginkan dengan tujuan supaya cepat kering.

Setelah dibersihkan ini, pemilik bermaksud mengidentifikasi dan dilanjutkan ke tahapan digitalisasi lontar. Semua lontar yang ada di Puri Anyar Kerambitan itu kebanyakan bisa dibaca, karena puri memiliki generasi pembaca lontar, sehingga lontarnya bagus dan tulisannya juga masih jelas dapat dibaca. “Pihak puri akan berupaya menjaga lontar kedepannya dengan rajin melihat dan mengambilnya untuk semakin mendekatkan diri, sehingga secara otomatis dapat belajar membaca atau sekedar mengisi waktu untuk mengetahui isi dari pada lontar tersebut,” cerita Ari Santika.

Pria asal Bajera Sari, Tabanan ini mengatakan, Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Tabanan telah melakukan perawatan lontar sejak tahun 2016 hingga tahun 2021 ini. Selama itu sudah melaksanakan konservasi lontar, dan mendata sebanyak 4.879 cakep lontar. Jenis lontar yang ada di Kabupaten Tabanan secara umum itu sama dengan daerah lainnya, seperti Lontar Tutur, Kanda, Wariga, Usadha, Kakawin, Gaguritan, Kidung, Tantri, Kawisesan, Asta Kosala-kosali, Palakerta, Kalpasastra, Babad, Prasasti dan lainnya.

Di bumi lumbung berasnya Bali ini, lontar-lontar itu kebanyakan dimiliki oleh warga, seperti banyak berada si gria, puri, pura, dan saren gong. Selama lima tahun melakukan konservasi di Tabanan ini, daerah yang paling banyak ditemukan lontar itu ada di Kecamatan Kerambitan. Bahkan, keberadaannya sangat rapi dan bisa dibaca karena kondisinya sangat bagus. “Lontar yang ada di kabupaten Tababan ini tersebar diseluruh kecamatan, bedanya hanya jumlahnya saja,” tutup Ari Santika.(*)