Translate

April 30, 2024

Dinas Kebudayaan

Mari Lestarikan Tradisi & Kebudayaan Bali

UPTD. MONUMEN PERJUANGAN RAKYAT BALI : “TULAK” OLEH KOMUNITAS GARBHA KABUPATEN GIANYAR

“Tulak” adalah  rangkaian garapan yang mengajak  untuk merenungi  kembali hakekat Sang Diri, perlunya mengingat kembali ajaran dan tradisi adi luhung serta pemahaman tentang esensi kepahlawanan di masa pademi. Rangkaian garapan ini  mengandung :

  1. Angkihan

Angkihan mengambil  konsep Pranayama, sebuah sikap  pengaturan napas yang tidak hanya sekedar mengirup oksigen dan megeluarkan karbondioksida, melainkan juga sebuah jalan  menyeimbangkan energi tubuh (mikrokosmos) dengan energi semesta (makrokosmos), salah satu jalan untuk memahami Sang Acintya. Garapan ini menyajikan perpaduan Kekawian (kakawin) yang memiliki teknik napas berdasarkan pada pemahaman Guru- Laghu, instrumen suling dengan teknik napas  “ngunda bayu”  atau teknik pengendalian napas dalam tari Bali.  Konsep Pranayama adalah sebuah sikap untuk mencapai ketenangan pikiran, pikiran yang tenang melahirkan jiwa dan raga yang sehat, sehingga musibah dan keputusasaan tidak akan menenggelamkan rasa kemanusian terhadap sesama.

  1. Ng’Uma

Ng’Uma adalah sebuah persembahan  pada sawah dan Dewi Sri. Masyarakat Bali adalah masyarakat agraris semejak dahulu kala. Dianugrahi tanah yang subur serta pengetahuan agrikultur yang luar biasa membuat masyarakat Bali memiliki hubungan yang begitu spesial dengan alam, salah satunya diwujudkan dengan berbagai pemujaan pada  Dewi Sri. Meski saat ini penghidupan masyarakat Bali terpusat pada kegiatan pariwisata, terjadinya pandemi yang menjatuhkan perekonomian Indonesia bahkan dunia, membuat sebagian kita menyadari bahwa ketahanan dan kemandirian pangan menjadi begitu penting dan krusial. Kehidupan Agraris yang sempat ditinggalkan kembali di lirik.  Kita mulai mempertanyakan lagi hakekat ‘standard hidup’ yang dibangun oleh sikap kapitalis karena tuntutan jaman, meyebabkan kita tanpa sengaja melupakan kearifan local yang merupakan kekayaan kita sesungguhnya. Pengetahuan dan kemampuan agrikultur sesungguhnya mengalir dalam setiap nadi orang Bali, barangkali sudah saatnya kita manghidupkannya kembali.