Translate

April 27, 2024

Dinas Kebudayaan

Mari Lestarikan Tradisi & Kebudayaan Bali

UPTD. TAMAN BUDAYA : SEANDAINYA KATA-KATA PECAH DI KENINGMU GAWAIMU OLEH TEATER KALANGAN

Seandainya Kata-kata Pecah di Keningmu Gawaimu adalah pertunjukan teater berbasis sastra dengan menggunakan medium digital sebagai ruang pertunjukan. Melalui pertunjukan ini, penonton akan dihadapkan pada fenomena ruang kerja pertunjukan yang berubah, dari yang dulunya menggunakan panggung nyata, kini berganti menjadi panggung virtual. Perubahan ini secara tidak langsung juga membuka kemungkinan pertumbuhan potensi yang hadir dalam pertunjukan. Pun dengan penggunaan karya sastra sebagai basis penciptaan.

Jika dalam pementasan teater biasanya, sastra lebih banyak digunakan sebagai teks menyampaikan pesan dalam bentuk dialog atau koreografi tubuh para pemain, pada pertunjukan ini, narasi-narasi yang hadir dalam karya sastra justru menjadi ‘pelaku’ utama cerita. Karya sastra tak hanya berhenti dalam imajinasi di kening kepala pembaca saja, melainkan terartikulasikan lewat media gawai atau ponsel hari ini. Narasi-narasinya akan ‘ditubuhkan’ dengan sejumlah piranti digital seperti google map, youtube, whatshap, line, youtube, zoom, line dan lain sebagainya.

Pertunjukan akan menggunakan beberapa puisi Fragmen Pasar Malam Kumbasari – K . Landras Syaelendra/ Pasar Kumbasari, Denpasar – Acep Zamzam Noor/  Jalanan Denpasar – Putu Fajar Arcana/ Berkeliling Kota Denpasar – Ratna Ayu Budhiarti/ Dari Pantari Mertasari  Sanur – Hartanto/  Sanur – Ketut Nena.

Melalui pendekatan analisis stuktural, akan diketahui unsur intrinsik dan ekstrinsik pembentuk  puisi itu sendiri. Temuan-temuan dari unsur intrinsik dan ekstrinsik ini kemudian dijabarkan membentuk omnibus reality, semacam irisan berbagai kenyataan tentang sejarah kecil di dalam sebuah sejarah besar. Bagaimana sejarah-sejarah kecil tentang situs/tempat di Bali tergambarkan di dalam puisi. Membentuk sejarah besar yang tumbuh di kepala masyarakat sampai hari ini.