Translate

April 28, 2024

Dinas Kebudayaan

Mari Lestarikan Tradisi & Kebudayaan Bali

UPTD. TAMAN BUDAYA : SAMPIK INGTAY “ CINTA DERITA TIADA AKHIR” OLEH SANGGAR LOKANATA DEMULIH BANGLI

Pada jaman Belanda, minggu, legi sekitar tahun 1900 . Seorang pengarang menulis cerita yang bernuansa roman. Di Hanciu Kuta seorang berpangkat mayor terkendala menyekolahkan anaknya yang bernama Ingtay Karena tradisi di negeri tersebut wanita tidak diperbolehkan melanjutkan pendidikan oleh karena suatu tradisi. Akhirnya, Ingtay memilih untuk menyamar menjadi laki – laki agar bisa meneruskan pendidikannya, Ingtay mempunyai seorang ibu yang sangat otoriter, memiliki kepribadian yang sombong, dan materialistis bernama Mekele Biang. Mekele Biang tidak setuju menyekolahkan putrinya oleh karena pendidikan tidak terlalu peting, Mekele Biang menganggap uang adalah segala-galanya.

Suatu ketika Mekele Biang berkeinginan untuk menjodohkan putrinya dengan seorang pemuda kaya yang bernama Subandar Macun, akan tetapi ni nyonya tidak menuruti keinginannya.

Di Hanciu Negeri ada seorang rentenir yang amat pelit dan kikir bernama Suntyang, bersama istrinya Ni Jantuk, memiliki seorang putra yang sangat gagah, pintar dan rendah diri bernama I Babah Sampik. I Babah Sampik berkeinginan melanjutkan pendidikannya di Boncu, awalnya Sampik dilarang melanjutkan pedididkan oleh ayahnya. Karena mereka kekurangan dana pendidikan, atas bujukan ibunya yang bernama ni Jantuk akhirnya Sampik diperbolehkan untuk melanjutkan pendidikan.

Di kisahkan di Boncu, diceritakan seorang sudagar kaya yang bernama Subandar Macun, yang memilki kepribadian congkak, egois, dan tempramental. Sumbandar Macun sangat dekat dengan Mekele Biang ( Memene Ingtay), Mekele Biang memiliki niat menjodohkan putrinya dengan Sumbandar Macun, karena Mekele Biang suka sekali dengan pria yang kaya tanpa memikirkan perasaan putrinya. Sedangkan Ingtay menuruti keinginan ibunya, oleh karena Ingtay tidak mau disebut anak durhaka.

Di sekolah, mereka bertiga : Sampik, Ingtay, dan Subandar Macun mereka menuntut ilmu dalam satu sekolah, selama 3 tahun mereka suka duka dalam menjalani pendidikan, berbagai pengalaman, penempaan yang mereka alami, dan pada akhirnya mereka lulus secara bersamaan. Menjelang Ingtay lulus, di rumah kontrakan Ingtay membuka penyamarannya sebagai pria. Sampik sangat terkejut dan menyesali perbuatannya yang telah meyia-nyiakan Ingtay. Akhirnya mereka membuat kesepakatan untuk dipinang.

Kisah ini berujung tragis, karena kesalah pahaman menerima pesan yang di sampaikan ni nyonya. Akhirnya, Sampik cintanya berujung sakit hati, karena ni nyonya sudah dijodohkan dengan Subandar Macun. Sampik meninggal karena sakit hati dengan kuburan yang  berwarna biru, mengingat sumpah mereka berdua akan menjadi 1 liang lahat apabila mereka tidak bisa bersatu. Sampikpun menjemput nyonya di dunia untuk bersatu dan bersama-sama menuju surga. Macunpun menangis meratapi kepergian ni nyonya, dan mereka menyadari bahwa cinta tidak selamanya bias dibeli dengan materi.