Translate

May 2, 2024

Dinas Kebudayaan

Mari Lestarikan Tradisi & Kebudayaan Bali

Serunya Lomba Nyurat, Ngwacen hingga Debat Mabasa Bali

DENPASAR- Pelaksanaan Bulan Bahasa Bali ke-5, Senin (20/2/2023) berlangsung seru. Pasalnya, tiga wimbakara (lomba) secara bersamaan digelar yakni lomba Nyurat Aksara Bali untuk anak-anak setingkat SD berlangsung di Depan Gedung Kriya, lomba Ngwacen Lontar di Kalangan Angsoka dan lomba Debat Mabasa Bali untuk tingkat SMA/SMK berlangsung di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Provinsi Bali.
Meski jumlah pesertanya tetap 9 dari tahun sebelumnya, karena memang merupakan duta dari kabupaten kota di Bali, namun perkembangan dari segi kualitas semakin bertambah.
Lomba Nyurat Aksara Bali yang pesertanya anak-anak belum memakai lontar, namun menulis di atas kertas dengan menggunakan alat tulis pensil. Bentuk dan pasang aksara yang dibuat sangat menarik, dan semakin mendekati sempurna. Lomba yang durasi waktu sekitar 2 jam, namun para peserta sudah ada yang menyelesaikan di jam pertama, walau masih ada komposisi bentuk yang bisa diperbaiki. “Lomba nyurat aksara Bali dalam Bulan Bahasa Bali ke-5 dari segi kualitas sudah ada peningkatan. Baik dari bentuk dan pasang aksara,” kata Dewan Juri I Ketut Sudarsana.

Menurutnya, hal tersebut tak terlepas dari program pemerintah provinsi Bali yang konsisten melaksanakan bulan bahasa dengan memasukan materi nyurat aksara Bali. Kegiatan ini bertujuan untuk menjalankan kiat-kita orang Bali, terutama pengambil kebijakan untuk tetap ngajegang, melestariang aksara Bali yang sangat berkaitan dengan pelaksanaan upacara yadnya di Bali. “Semua petunjuk-petunjuk, juklak keagamaan dan adat bersumber dari ajaran Hindu yang ditulis oleh para leluhur dalam aksara Bali. Program ini mesti dilanjutkan dan berkesinambungan,” harapnya.

Peningkatan dari segi kualitas juga terjadi pada lomba Ngwacen Lontar. Melihat dan mengamati para peserta lomba dalam membaca lontar, maka jangan diragukan lagi para generasi muda kedapannya. Mereka begitu pasih dalam membaca lontar. Meski lontar yang dibaca baru dibagikan, menjelang mendapat giliran lomba. “Saya tak merasa khawatir dengan kemampuan anak-anak muda dalam membaca lontar. Artinya, banyak anak-anak yang berminat, dan tahu cara ngwacen lontar,” kata dewan juri Prof. Dr. Drs. I Made Surada, MA.

Terlebih lagi, lanjut Prof. Surada, sekarang aksara Bali sudah masuk ke ranah IT dengan laptop, keyboard dan sebagainya, sehingga ini sangat membantu untuk memberikan dasar untuk belajar aksara Bali. Buktinya, saat lomba, para peserta membaca lontar begitu menariknya. Mereka belum sempat mempelajari lontar itu, karena baru dibagikan menjelang lomba. Tetapi, para peserta bisa membaca dengan baik. “Kalau kesalahan itu biasa. Saya yang pemerhati aksara Bali, penampilan mereka luar biasa. Mudah-mudahan kedepan lebih meningkat lagi,” harapnya.

Demikian halnya dengan lomba Debat Mabasa Bali. Ajang ini menjadi sangat menarik, ketika masing-masing peserta mempertahankan pendapatnya. Ini pelaksanaan yang sudah ke lima kali, sehingga perkembangannya cukup bagus. Berbeda ketika awal-awal ajang ini digelar masih mencari modelnya. Dalam lomba ini, ada dua topik yang perlu didukung dan perlu dibantah, tolak. “Kami menilai bukan materi topik debat itu, tetapi kemampuan anak-anak untuk mengekspresikan diri dengan bahasa Bali mengenai suatu masalah. Peserta yang tampil kali ini sungguh lumayan, penuh semangat, dan bahasanya bagus,” ungkap dewan juri Drs. I Nengah Medera, M.Hum.

Juri lainnya, Drs. I Gusti Bagus Lanang Subamia, M.M.Pd ajang ini sangat menarik, khususnya bagi yang hobi menyaksikan debat. Kesempatan ini sangat langka, dan bersyukur ada Bulan Bahasa Bali yang menyajikan materi yang sangat jarang ada. Anak-anak dengan lugas mengungkapkan isi hatinya dalam Bahasa Bali. Karena, tak sedikit peserta yang merasa tertantang untuk belajar Bahasa Bali, bahkan penuh semangat melawan tim lainnya. “Terkadang peserta yang berada di grup pendukung, itu harus melawan grup yang menolak, walaupun terkadang dalam hatinya juga menolak, tetapi ia harus melakukan berbagai upaya mematahkan penolakan dari grup lawan,” ucapnya.

Kepala Bidang Sejarah dan Dokumentasi Kebudayaan Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Bali, Drs. AA Ngurah Bagawinata, mengatakan, peserta lomba kali ini diikuti oleh perwakilan kabupaten kota di Bali yang sudah menyepakati 6 jenis lomba yang dilombakan di tingkat desa, kabupaten kota hingga tingkat Provinsi Bali. Peserta yang tampil ditingkat Provinsi Bali ini adalah pemenang di kabupaten kota, terbaik ditingkat desa pekraman dan desa dinas. “Ini kan sudah ada SE yang merupakan payung hukum untuk melaksanakan Bulan Bahasa Bali di desa, adat atau dinas, dan kabupaten kota, hingga provinsi. Dalam payung hukum itu sudah berisi panduan yang sudah disosialisasikan sebelumnya, sehingga korelasinya nyambung,” sebutnya.

Melihat ketiga lomba ini, dari jenjang SD baru menulis aksara diatas media kertas, kemudian membaca lontar, dan setelah pasih kemudian mendebatkan dengan bahasa Bali. Korelasi dari semua ini, sangat penting dan bagus. Semua itu akibat dari pemberdayaan penyuluh bahasa Bali hingga ketingkat desa, kurikulum sudah disepakati oleh masyarakat dan di dunia pendidikan serta desa pekraman, maka saat lomba kali ini sangat membanggakan. “Peningkatan pasti ada dari tahun sebelumnya,” ucapnya.

Sebut saja dalam ngwacen lontar, para peserta tergolong generasi muda sudah bisa membaca secepat itu, yang berarti ada satu peningkatan. Peningkatan itu, terjadi selama proses yang berlangsung selama setahun ini, melalui evaluasi berkaitan dengan ngwacen lontar. “Itu artinya, ketiga lomba ini sangat mendasar sekali membumikan aksara, bahasa dan sastra Bali, karena tentu dari jenjang pendidikan paling bawah sampai ke atas, bahkan sampai mendebatkan menggunakan bahasa akasana Bali ini,” pungkasnya. (*)