Translate

April 26, 2024

Dinas Kebudayaan

Mari Lestarikan Tradisi & Kebudayaan Bali

Sanggar Eka Satya Budaya Edukasi Joged Bumbung sesuai Pakem

Sanggar Seni Eka Satya Budaya dari Desa Kuwum, Kabupaten Tabanan, Bali ingin menunjukkan dan mengedukasi penonton di Pesta Kesenian Bali ke-44 terkait tari Joged Bumbung yang sesuai tradisi dan pakem.

“Kami ingin mengembalikan pakem Joged yang memang sudah diwariskan para pendahulu kita,” kata I Made Suanta  selaku Ketua Sanggar Seni Eka Satya Budaya di Denpasar, Kamis (30/6/2022).

Sanggar yang telah terbentuk sejak 2003 ini menampilkan lima penari Joged Bumbung. Kelima penari berparas ayu, dengan gerakan begitu lincah, berhasil membius penonton yang memadati Kalangan Ayodya Taman Budaya Provinsi Bali.

Penonton pun bersorak-sorai ketika ada pengibing yang menampilkan gaya lucu atau ingin melakukan gerakan “nakal” kepada sang penari, namun dengan gesit berhasil ditangkis oleh penari Joged Bumbung.

Pada awal pementasan, kesempatan “mengibing” tidak diberikan kepada penonton, tetapi anggota Sanggar Seni Eka Satya Budaya yang langsung menjadi pengibing.

“Kami sengaja sudah menyiapkan pengibing sendiri, karena kami ingin memberikan contoh teknik-teknik mengibing yang benar, sesuai pakem dan etika,” ucap Suanta.

Tak hanya dari gerakan penari Joged Bumbung, edukasi terhadap salah satu tari pergaulan ini juga ditunjukkan dengan penggunaan busana.

Kelima penari tampil menggunakan kebaya dan kamen (kain) yang digunakan pun tetap panjang menutupi betis.

Menurut Suanta, untuk tampil di PKB, proses latihan sudah dilakukan sejak tiga bulan terahir. “Untuk tampil ini, kami khusus menyiapkan tabuh-tabuh atau gending-gending baru agar tidak monoton,” katanya.

Tahun ini menjadi kesempatan kelima kalinya bagi Sanggar Seni Eka Satya Budaya tampil di Pesta Kesenian Bali.

Sebagai sebuah sanggar seni, anggota sanggarnya juga kerap diundang ke berbagai kabupaten/kota di Bali ketika ada orang menikah, berulang tahun, orang yang naur sesangi (bernazar), hiburan di pura, acara-acara olahraga, hingga acara partai politik.

Meskipun para penari sudah membawakan gerakan tari sesuai pakem,  ia tak menampik di lapangan masih ada saja masyarakat yang menjadi pengibing ingin melakukan gerakan yang lebih “berani” pada penari.

Untuk jurus menghindar, para penari biasanya menggunakan cara-caranya menepis menggunakan kipas. Jika cara ini tidak digubris, kemudian jurus kedua dilakukan dengan membisiki pengibing.

Kalau pengibingnya masih bandel dan bertindak kelewatan, pihaknya juga menyiapkan tukang rangki, semacam satpam pementasan yang akan menegur