Translate

April 28, 2024

Dinas Kebudayaan

Mari Lestarikan Tradisi & Kebudayaan Bali

Penyuluh Bahasa Bali Konservasi Lontar Milik Puri Sunia Carangsari

BADUNG – Festival Konservasi Lontar serangkaian kegiatan Bulan Bahasa Bali Tahun 2023 berlanjut di Kabupaten Badung. Pelaksaannya digelar di Puri Sunia Carangsari, Kecamatan Petang pada Senin (6/2). Sebanyak 40-an cakep lontar berhasil dikonservasi oleh Penyuluh Bahasa Bali yang bertugas di Gumi Keris.

Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Badung, I Wayan Budana menuturkan, festival konservasi lontar kali ini menyasar Puri Sunia Carangsari mengingat banyak lontar yang dimiliki oleh Puri tersebut. Di sisi lain, pemilik lontar juga sangat terbuka dengan isi lontar. “Pemilik lontar sangat terbuka terhadap upaya konservasi lontar ini. Boleh untuk dipahami, dipelajari, didokumentasikan, dan sebagainya. Sehingga kami memilih untuk memusatkan festival konservasi untuk Kabupaten Badung di Puri Sunia Carangsari ini,” terangnya.

Penyuluh Bahasa Bali yang bertugas di Desa Abiansemal ini melanjutkan, kondisi lontar yang dikonservasi dinilai cukup terawat dan tempat penyimpanan cukup bagus. Hanya saja memang beberapa lembar lontar ada yang sudah dimakan rayap. Selain itu, ada juga lontar yang patah. Sehingga dalam mengonservasi lontar dibutuhkan kehati-hatian. “Untuk konservasi lontar hari ini kami hanya baru sebatas membersihkan saja. Sedangkan untuk pembuatan katalog dan pengklasifikasian jenis lontar akan kami lanjutkan pada hari Kamis. Tapi ada dua lontar yang tertua yakni tentang kawisesan dan pengelukatan,” kata Budana.

Sementara itu, pemilik lontar I Gusti Ngurah Subrata mengapresiasi kegiatan konservasi lontar yang menurutnya sangat membantu keberlangsungan lontar tersebut menjadi kian terawat. Diakui, perawatan rutin untuk lontar-lontar yang ada biasanya dilakukan Puri Sunia Carangsari setiap menjelang Hari Raya Saraswati. “Perawatan rutin kami lakukan biasanya menjelang Saraswati. Kami bersihkan dan simpan dengan baik dengan media penyimpanan kaca,” tuturnya.

Pihaknya pun merasa terbantu dengan kegiatan konservasi lontar yang dilakukan oleh penyuluh ini. Apalagi nantinya akan dibuatkan katalog. “Karena tidak hanya membersihkan saja, tapi sampai pada tataran membuatkan katalog. Bahkan isi-isi lontar itu disampaikan kepada kami. Makanya kami merasa sangat terbantu. Semua lontar didata,” sebut Subrata.

Disinggung mengenai jenis lontar yang ada di Puri Sunia, menurut Subrata jenisnya beragam. Mulai dari ilmu kawisesan, usadha, tenung, wariga, dan banyak lagi. Subrata menuturkan, secara garis keturunan, ayahnya dulu menjalankan aktivitas nyastra yang cukup padat. Bahkan dulunya adalah seorang penyembuh (balian) dan banyak orang berobat. Namun setelah ayahnya tiada, belum ada di keluarganya yang meneruskan menjadi balian lagi. Namun hingga saat ini masih ada yang datang meminta petunjuk ke puri, seperti meminta pewacakan oton, bayuh oton, dan petunjuk hari baik.

“Tetua kami memiliki banyak lontar yang terkait dengan wariga, perbintangan, orang mebayuh bantennya seperti apa, tenung kalau sakit bantennya apa. Hanya saja, itu pada jaman ayah saya yang banyak diaplikasikan. Kalau sekarang yang lumayan sering pewacakan oton, nyari padewasan, termasuk kalau ada orang minta surat ari-ari untuk proses menanam ari-ari. Jadi saya hanya sebatas membacakan apa yang tersurat di lontar, bukan nambanin (mengobati, red),” pungkasnya.*