Translate

April 26, 2024

Dinas Kebudayaan

Mari Lestarikan Tradisi & Kebudayaan Bali

Penutupan FSBJ 2019 Dibalut Musikal Multiseni

Selama dua pekan pelaksanaan  Festival Seni Bali Jani (FSBJ) 2019 berlangsung sukses dan lancar dengan menghadirkan 6 kegiatan yakni Pawimba (lomba), Aguron- guron (workshop), Adilango (pagelaran), Kandarupa (pameran) , Tenten (Pasar malam seni), dan Timbang Wirasa  (sarasehan).

Kegiatan ini menyertakan ribuan seniman yang mengisi ranah inovasi seni modern. Dan tak terasa pagelaran Bali Jani pun bakal  ditutup dengan balutan musikal multiseni  di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Bali, Jumat (8 /11/19) malam.

Sebuah garapan berjudul “Terjebak di Dunia Maya” produksi  Komunitas Kreatif Bali (KaKaBe) , dengan  sutradara I Made Iwan Darmawan  didukung Pembacaan Puisi oleh Ibu Ni Putu Putri Suastini.

Menurut Iwan Darmawan, konsep pemanggungan ini juga didukung oleh  Sanggar Natah Rare, Banjar Tegeh Sari Denpasar melibatkan 80 penari dan pemain drama dalam sebuah garapan tari kontemporer. ” Untuk komposer ada Onny Toele dan Ariesta Candra Carolus dari Perhimpunan Musisi Bali (10 musisi) dan GDV Production dan Dalang Pertunjukan Dewa Jayendra dan Produser Putu Indrawan, ” jelas Iwan, Kamis (7/11/2019).

Ia menyatakan, ruang seni modern telah dibuka oleh pemerintah propinsi Bali lewat ajang Festival Seni Bali Jani. Di bawah kepemimpinan Gubernur Bali  Wayan Koster dengan Nangun Sat Kerti Loka Bali. Nah terkait garapan yang mengambil tema  Terjebak Di Dunia Maya, sebagai bentuk merespon    problema masa kini.

Iwan menuturkan konsep garapan nanti adalah  mengangat topik teknologi informasi, dengan  penggunaan Gadget (alat pengirim dan penerima pesan) yang sangat diminati di kalangan masyarakat. Selain itu, keasyikan menggunakan gadget karena bisa terhubung dengan dunia maya secara leluasa, sehingga tidak jarang ada yang untuk beberapa lama tidak lagi berkomunikasi dengan dunia nyata.

Kondisi ini sulit dibendung, tidak jarang, dalam sebuah keluarga bisa hadir bersama-sama dalam satu ruangan, namun tidak saling berkomunikasi. Karena terlalu asyik berkomunikasi dengan pengguna gadget lainnya di tempat lain.

Gadget, alat untuk mengirimkan pesan dalam bentuk teks, foto, gambar dan video ini membawa dampak negatif, bila isi informasi yang dikirimkan tidak akurat. Apalagi bila informasi yang terkirim ke banyak penerima dan diterima oleh masyarakat pemegang gadget yang disebut netizen secara berantai (viral).

Informasi-informasi menyimpang ini disebut HOAX dan tersebar secara menyeluruh di media sosial seperti facebook, google, instagram maupun whatsapp. Dan tidak jarang HOAX menimbulkan dampak di dunia nyata, seperti putusnya pertemanan hingga pemicu kerusuhan yang masif.

Akibat lain dari media sosial adalah meningginya rasa simpati dengan berbagai komentar- komentar bebas pada setiap informasi, namun sangat kurang mampu menunjukan rasa empati, atau sikap langsung memberi solusi dan action untuk bereaksi positip terhadap sebuah informasi.

Kakabe memformulakan pertunjukan ini sebagai Musikal Multiseni. Dimulai dari membuat naskah dasar dengan tema masyarakat kini yang terjebak di dunia maya. Naskah berdurasi 60 menit ini terbagi menjadi 3 babak, dan setiap babak (20 menit) dibagi setiap 5 menit, sehingga ada 4 sub-babak.

Sedangkan Komposer musik Onny Toele dan Othon Ariesta Candra Carolus  lalu menerjemahkan ke dalam 12 garapan musik. Dari musik dan naskah dasar, empat koreografer yang terdiri dari Arik, Dian, Krisna dan Dibya menerjemahkan menjadi 12 tarian kontemporer yang memiliki alur dinamis.

Begitupula, para penari ini juga diminta untuk melakukan dialog drama dengan panduan Dalang bernama Jayendra.

Pada musik ke 12 masuk pada pembacaan puisi oleh Ibu Putu Putri Suastini Koster, yang masih relevan dengan tema yaitu kondisi yang bisa terpecah belahnya sebuah bangsa oleh HOAX. Yaitu puisi berjudul 17 Agustus ciptaan Yudistira ANM Massardi.

” Uniknya dalam produksi ini, terlibat juga Klian Adat Banjar Tegeh Sari Himawan dan Penyarikan Putu Adi Tama. Pemeran perempuan warga Tegeh Sari  dan Dokter Diah, serta pentolan Harley Angles, Yaitu Basis Putu Indrawan dan drummer Kabe Gariyasa. Pertunjukan ini juga didukung musisi trompet, saxophone, biola dan cello,” jelas Iwan

Iwan menegaskan , pagelaran ini  bertujuan  untuk memberi tanggapan dan solusi atas dampak dari penggunaan Gadget di masyarakat.(*)