Translate

May 5, 2024

Dinas Kebudayaan

Mari Lestarikan Tradisi & Kebudayaan Bali

Membaca Lontar Tutur Pajyut Duta Badung Juara I Ngwacen Aksara Bali

Membaca aksara Bali, diperlukan kecerdasan dalam merangkai suku kata, sebab tidak semua lontar atau teks memiliki kesamaan pola atau pasang aksara yang digunakan. Seperti lontar berjudul Pajyut, lontar ini tergolong klasifikasi lontar satua koleksi Dinas Kebudayaan Provinsi Bali yang diperkenalkan pertama kali ke publik.
Lontar ini dibaca oleh 7 peserta duta dari kabupaten kota kecuali Tabanan dan Bangli yang tidak hadir dalam ajang Wimbakara (lomba) Ngwacen Aksara Bali serangkaian Bulan Bahasa Bali 2021, di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Kamis 18 Februari 2021. Tetap dengan prosedur kesehatan (prokes) yang ketat, keseruan para pembaca lontar di atas panggung dengan waktu 10 -15 menit terlaksana dengan baik.
Jangankan para peserta yang sebagian besar pelajar tingkat SMP, para dewan juri pun baru mengetahui lontar yang belum pernah dipublikasikan ke publik itu diperlukan kejelian cara membacanya. Meski demikian, ke tujuh peserta lomba ini mendapat apresiasi luar biasa dari dewan juri, karena mampu secara teknik, ekpresi dan penampilan disajikan dengan baik.
Dari tujuh peserta mewakili kabupaten kota, akhirnya I Gusti Putu Weda Adi W Duta Kabupaten Badung meraih juara I, disusul A.A Gede Wiraputra Duta Gianyar Juara II dan I Komang Alit Astawa dari Kabupaten Klungkung meraih Juara III.
” Intonasi, penampilan, ekspresi walau kita akui teks lontar ini sangat sulit untuk dibaca, kami dari dewan juri memberi apresiasi luar biasa kepada para remaja ini mampu membaca teks lontar ini,” kata Drs. I Wayan Suteja, M.Hum., Dosen Universitas Udayana, selaku dewan juri lomba.
Wayan Suteja didampingi juri lainya diantaranya Drs. I Ketut Ngurah Sulibra, M.Hum., Dosen Universitas Udayana, dan Prof. Dr. Drs. I Made Surada, M.A., Dosen Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa, Denpasar sangat salut dengan kemampuan rata-rata para pelajar yang ikut lomba kali ini, yang sejatinya mereka mempunyai pengalaman membaca lontar.
Teks lontar ini, sedikit berbeda dengan gaya aksara Bali pada umumnya. ” Sebagian besar tulisan di lontar ini mengabaikan pasang aksara, pembaca harus jeli disini diperlukan kecerdasan merangkai menjadi kata-kata yang dimaksud, syukurnya ini masih bahasa Bali tetapi kalau bahasa Jawa Kuno lebih ribet lagi,” tutur Suteja.
Meski demikian, jangan kapok karena kesulitan membaca lontar yang belum pernah sama sekali dibaca, apalagi teks lontar yang dipilih oleh panitia belum banyak dipublikasi. Namun inilah proses latihan, semakin banyak yang membaca lontar banyak pula tutur yang bisa diungkap. ” Contohnya lontar satua Pajyut ini, ternyata panitia sangat tepat memberikan pilihan lontar ini untuk dijadikan bahan membaca aksara Bali, isi lontar tentang tutur berjudul Pajyut ini mengisahkan cerita logika di tengah perseteruan antara orang tua dan anak,” tambah Prof. Dr. Drs. I Made Surada, M.A.,
Tutur ini sangat relevan dengan situasi kekinian, dua tokoh antara si ayah dan si anak berkonflik. Dimana ayah mempertahankan sikap feodal atau tradisi agar si anak tetap tinggal di desa sedangkan anaknya sangat bertolak belakang. Anaknya menentang dengan memberikan pandangan dengan nalar dan logika bahwa ada kehidupan modern yang harus ditempuhnya. Contohnya, kenapa terlalu kaku dengan tradisi yang belum tentu kebenaranya, dan si anak memilih meninggalkan desanya. Sang ayah tetap mempertahankan agar si anak tetap di desa namun anaknya lebih pada keyakinanya bahwa merantau jalan keluar. Pada intinya tutur Pajyut ini mengisahkan tentang pengetahuan logika. Mencari kebenaran misalnya kalau sakit kenapa harus ke Balian yang tidak jelas, sebaiknya seorang balian yang memiliki pengetahuan Usadha, pengobatan yang baik dan sebagainya.
Sementara itu, I Gusti Putu Weda Adi W , siswa SMP Negeri Mengwi , Badung ini sangat senang dan tidak menyangka mampu memenangkan lomba dengan meraih juara I. ” Sangat senang, saya tidak menyangka mampu menjadi juara I tingkat Provinsi, saya membaca lontar ini sangat susah, dan belum pernah membaca ini baru pertamakali,” kata Weda.
Sedangkan IGN Wiriawan selaku panitia lomba menambahkan, lontar berjudul Pajyut memang sengaja dipilih karena memuat tutur atau cerita yang unik dan relevan di masa kini. ” Ada konteks nilai -nilai dalam lehidupan sosial antara kehidupan tradisi dan modern, ” kata Wiriawan.
Ia menyatakan, dengan dipekernalkan teks -teks cukup tua ini, diharapkan pengetahuan ruang baca lontar semakin banyak dikenal. ” Lontar ini koleksi Disbud Provinsi Bali, dari sejarahnya tergolong tua, memang gaya tulisanya cukup sulit dibaca namun konteks ceritanya sangat bagus untuk diungkap, sangat kekinian,” terangnya. (*)