Translate

May 2, 2024

Dinas Kebudayaan

Mari Lestarikan Tradisi & Kebudayaan Bali

Duta Klungkung Juara I Lomba Menulis Aksara Bali

DENPASAR-Rapi dan sangat indah. Meski tergolong masih belia, namun peserta Wimbakara (Lomba) Nyurat Aksara Bali dalam ajang Bulan Bahasa Bali IV itu mampu menyelesaikan tulisan sebelum waktu yang ditentukan.
Duta Klungkung kali ini sukses tampil sebagai pemenang pertama. Disusul duta kabupaten Gianyar di posisi kedua dan Kabupaten Badung berada di urutan ketiga. Pesertanya merupakan anak-anak (laki dan perempuan) setingkat SD merupakan perwakilan dari kabupaten dan kota di Bali.

Lomba Nyurat Aksara Bali itu berlangsung di Gedung Mahosadi Mandara Giri Bhuana (MMGB), Taman Budaya Art Center, Propinsi Bali, Rabu (16/2/2022).
Peserta mampu menunjukan kemampuan menulis aksara Bali dengan baik .Aksaranya (tulisannya) tergolong bagus, dan sesuai dengan uger-uger dalam nyurat aksara. Mereka tampak ahli, yang dibarengi dengan ekpresi jiwa dalam setiap menulis aksara Bali, sehingga tampak menawan. Maklum, mereka merupakan para juara nyurat aksara Bali yang ada di masing-masing kabupaten dan kota di Bali, yang kini kembali mengadu ketangkasan untuk menjadi yang terbaik.
Para peserta diwajibkan melakukan alih aksara (menulis) teks berbahasa Bali dengan huruf latin ke dalam aksara Bali di atas kertas. Naskah ditentukan dan disusun oleh panitia. Dengan waktu 2 jam, para peserta yang hanya membawa perlengkapan alat tulis sudah mampu menyelesaikan tugasnya. Bahkan, beberapa peserta sudah menyelesaikan lebih awal, sehingga lebih panjang bisa melakukan koreksi sebelum disetor. Dalam lomba ini, yang menjadi kriteria dewan juri adalah bentuk dan komposisi tulisan (wangun, tetuek, kakuub), ketepatan ejaan (pasang aksara), kerapian dan kebersihan tulisan, dan ketuntasan.

Salah satu dewan juri, Drs. Ketut Sudarsana merupakan praktisi bahasa, aksara, dan sastra Bali memberikan apresiasi terhadap semangat dan antosias peserta. Kegiatan penulisan aksara Bali dalam bentuk lomba ini sangat besar pengaruhnya dalam perkembangan bahasa Bali kedepan. Adanya ajang ini, maka anak-anak akan terpacu untuk belajar. “Kegiatan ini akan berdampak dalam kehidupan sosial, baik dalam adat, budaya dan agama. Sebab, sadar atau tidak, kehidupan kita dalam adat, budaya maupun agama itu sangat berpengaruh karena semua esensi terkandung dalam lontar itu menggunakan aksara Bali,” ungkapnya.

Naskah-naskah kuno yang ada kaitannya dengan adat dan budaya itu ditulis dalam bentuk aksara Bali, sehingga dengan ajang ini masyarakat utamanya anak-anaknya akan bisa mempelajarinya warisan para leluhur. Penulisan sastra dan aksara Bali yang dibangkitkan kembali melalui ajang Bulan Bahasa Bali, memberikan ruang bagi anak-anak untuk belajar dan memperdalam aksara Bali. belakangan ini, keinginan anak-anak sangat besar, sehingga setiap ada lomba berkaitan dengan aksara Bali, generasi sangat antosias. “Buktinya, dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten hingga provinsi pesertanya sangat antosias. Peserta membludak utama di tingkat kabupaten,” imbuhnya.

Juara I di tingkat kabupaten kota dikirim ke tingkat provinsi Bali, dan tidak ada yang absen. Hal itu menandakan, kegiatan untuk mengajegkan akasara Bali yang merupakan warisan leluhur mendapat respon positif dari masyarakat dan anak-anak. “Anak yang giant dan tekun belajar aksara Bali akan memiliki mental spiritual yang sangat bagus. Dengan tumbuh mental spiritual yang bagus, setidak-tidaknya masyarakat kita bisa terhindar dari hal-hal negatif. Karena itu, saya juga membina nyurat aksara Bali di rumah. Anak-anak yang ikut menulis itu semua mentalnya baik dan tumbuh menjadi baik, bukan liar,” sebutnya.

Kegiatan nyurat aksara Bali sebuah pelajaran budi pekerti. Karena penulisan akasara Bali itu mengajarkan sikap yang baik. Anak-anak yang belajar aksara ini akan memunculkan aura positif dari dalam dirinya, sehingga bisa dibiaskan dalam bentuk keluarga lalu ke masyarakat. “Dampak positif dari penulisan aksara Bali ini, akan bisa terbacanya nanti naskah-naskah kuno yang masih banyak tercecer di masyarakat. Pada tahun 80-an itu, banyak warisan leluhur yang tulisannya kuno yang tak bisa terbaca. Adanya penyuluh bahasa Bali yang membimbing, ajang Bulan Bahasa Bali setiap tahun mampu meningkatkan perkembangan yang sangat signifikan sekali,” paparnya. (*)