Semangat dan penuh bahagia. Ketika penyaji menampilkan materi, mereka tampak serius, tidak lain-lain ataupun ribut. Mereka fokus dan menikmati kegiatan itu dengan disiplin. Apalagi, narasumber yang ada di depan mereka betul-betul terpilih menjadi public pigur di dalam membawakan acara, sehingga waktu 3 jam terasa kurang. Itulah suasana Krialoka (workshop) Pengenter Acara (MC) Mabasa Bali serangkaian dengan Bulan Bahasa Bali 2021 di bawah Gedung Ksirarnawa, Art Center Denpasar, Selasa 16 Februari 2021.
Pesertanya memang sangat antusias, terutama dari kalangan remaja dan dewasa. Maka itu, dari 60 peserta akhirnya dibatasi menjadi 30 peserta dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) secara ketat. Krialoka ini menghadirkan narasumber Dr. Drs. I Nyoman Suwija, M.Hum., Dosen Universitas PGRI Mahadewa Denpasar dan Putu Suprapti Santy Sastra, Praktisi Public Speaking serta dipandu Ayu Putri Suryaningrat SS., M.Hum dari Penyuluh Bahasa Bali.
Dr. Wayan Suwija mengatakan, sebagai akademisi sekaligus praktisi bahasa, aksara dan sastra Bali dirinya menekankan menjadi MC terutama dalam acara resmi seorang MC mampu berbahasa Bali dengan baik dan benar. Apalagi, dipakai dalam situasi formal, acara adat Bali dan agama Hindu maka seorang MC itu mesti memakai Bahasa Bali alus, harus lebih banyak belajar tentang kebenaran bahasa Bali terkait anggah- ungguhing basa.
Dalam kegiatan ini, pihaknya lebih banyak menekankan pada skill bahasa. Misalnya intonasi, irama, ucapan bahasa Bali, kosa kata bahasa Bali yang baik dan benar. Termasuk anggah ungguhing basa, serta laval, ucapan bahasa Bali yang benar. “Kami kemudian memberikan contoh naskah MC bahasa Bali yang sudah disusun bagus dengan aksara Bali yang baik dan benar, simpel, dan dapat digunakan dengan baik,” imbuhnya.
Suwija juga menyinggung tentang tetikes, bagaimana penampilan seorang pembawa acara, karena sudah menjadi public pigur yang memimpin jalannya acara, baik itu acara formal ataupun tidak formal. Seorang MC itu harus tampil sebaik mungkin, enak didengar bahasanya dan enak dipandang saat dia mengolah tubuhnya untuk tampil dihadapan para peserta acara. “Ternyata mereka yang hadir betul-betul yang mempunyai kemampuan. Rata- rata dari peserta itu sudah pernah menjadi MC, baik di sekolahnya, di kampusnya atau di tingkan sekea teruna. Sekarang tinggal diberi tambahan motivasi untuk berlatih. Kunci sebuah keterampilan itu, harus banyak berlatih,” bebernya.
Sementara itu, praktisi publik speaker Santi Sastra yang sudah menggeluti dunia MC sejak 1986 itu menyajikan materi tentang teknik- teknik atau bagaimana practis untuk menjadi seorang MC, termasuk body language atau bahasa tubuh, suara, dan bagaimana persyaratan menjadi seorang MC atau pembawa acara yang profesional. “Kami senang, tanggapan dari para peserta sangat bagus dan antosias. Mereka mengikuti dengan baik. Artinya, keinginana anak-anak muda untuk belajar menjadi MC profesional sangat tinggi,” katanya.
Dari sekian peserta itu, bahkan sudah yang menjadi MC, presenter, dan sudah biasa menjadi pembicara. Itu artinya, mereka mau mengasah dan menimba ilmu lagi, sehingga sebagai narasumber dirinya sangat senang. “Sangat luar biasa. Para peserta sangat antusias. Saya mendengar dari panitia, bahwa peserta sampai melampaui kuota, sehingga dibatasi. Kami ucapkan terima kasih kepada semua peserta dan panitia,” ucapnya.
Guru khusus mengajar MC, penyiar dan presenter sejak 2004 itu mengatakan, modal utama menjadi seorang MC itu adalah bakat, sehingga gampang untuk dipoles, dan langsung jadi. Tetapi, dari pengalaman-pengalamannya mengajar bukan hanya masalah bakat yang diperlukan, tetapi ketekunan untuk mau menjadi MC dijadikan profesi. “Perlu dilatih lagi, karena tidak mungkin akan setengah hari ini, para peserta itu langsung bisa menjadi seorang MC profesional,” imbuhnya.
Keuntungan menjadi seorang MC, kalau dia masih menjadi murid atau mahasiswa, maka akan menjadi nilai lebih (plus), selanjutnya akan menjadikan profesi yang profesional yang menjanjikan. Kalau dia menjadi seorang karyawati atau karyawan mereka akan mendapatkan poin lebih dari perusahaan, karena dianggap memiliki keterampilan yang lebih. Jadi jenjang karirnya akan lebih bagus dan lebih cepat naik. “Paling penting bukan hanya menjadi MC karena akan sangat mudah, tetapi untuk menjadi eksistensi kelanggengan menjadi seorang MC yang bisa diukur dari berapa lama menjadi seorang MC, itu yang sulit,” tandasnya.(*)