Translate

April 29, 2024

Dinas Kebudayaan

Mari Lestarikan Tradisi & Kebudayaan Bali

32 OPD Pemprov Bali Ikut Workshop Menulis Aksara Bali di Komputer

Kriyaloka (Workshop) Nyurat Aksara Bali di Komputer dalam kegiatan Bulan Bahasa Bali ke-4 di Gedung Mahosadi Mandara Giri Bhuana, Taman Budaya Denpasar, Kamis (3/2/2022) berlangsung hangat. Peserta yang merupakan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali tampak semangat belajar menulis aksara Bali di computer. Mula-mula men-download aplikasi menulis aksara Bali, lalu mengikuti panduan yang diberikan selanjuitnya menulis. Dalam belajar menulis aksara Bali itu, sebanyak 32 peserta ini dipandu oleh dua narasumber, yakni Dipl-ing Made Suatjana (Pengripta Aksara Bali Simbar) dan Drs. I Gde Nala Antara, M.Hum Akademisi Prodi Sastra Bali Unud.

Dalam workshop tu disebutkan, dengan dikeluarkannya Peraturan Gubernur (Pergub) No 80 tahun 2018, itu artinyta semua dan apapun yang ada di Bali, baik papan nama, kop surat dan termasuik ruang public semua harus menggunakan dwi aksara. Apapun itu bahasanya, namun aksara Bali tetap ada dan ditaruh diatas huruf latin. “Karena itu, workshop menulis aksara Bali di computer diberikan kepada OPD karena dari mereka lah yang akan setiap hari membuat kop surat, membuat spanduk, poster dan lainnya, sehingga secara optomatis mereka bisa menggunakan penulisan aksara Bali di komputer dengan ejaan yang benar,” kata Gde Nala Antara.

Para narasumber juga menyampaikan pokok-pokok, aturan menulis di ruang public sesuai dengan hasil pesamuan alit kemarin yang merespon Pergub itu dengan menulis pasang jajar palas. Artinya, dari segi komunikasi visual pasang jajar palas itu sangat tepat dibandingkan dengan pasar jajar sambung. “Kalau pasang jajar sambung itu akan menulis terus menyambung seperti dalam lontar. Kalau itu dipakai dalam ruang public, orang tentu tidak ada yang akan menoleh, apalagi membacanya. Makanya dalam Pesamuan Agung 2019 diputuskan untuk di ruang public dibolehkan memakai pasang jajar palas,” ucapnya.

Menurut Gde Nala Antara, hal itu sempat menjadi kekhawatiartan para ahli yang dianggap melanggar undang-undang Bahasa. Kita menulis hanya bahasanya dengan memakai aksara Bali. Aksara Bbali yang dipasang diatas untuk memuliakan dan menghormati peradaban tentang Bali, bukan sebagai ego sentral kedaerahan. “Pada awalnya, aksara Bali hanya dipakai menulis aksara Bali saja, tetapi sekarang bisa dipakai menulis Bahasa Indonesia, Inggris, dan alamat domain internet tinggal ada kesepakatan saja. Bahasa itu adalah kesepakatan. Karena aksara Bali belum mengenal F, Z dan Q. Dalam domain internet itu ada beberapa hurup konsonan tiga adeg-adeg, sehingga menyalahi aturan. Maka kalau sudah ada kesepakatan, maka akan menjadi bagus dan pas diketik,” imbuhnya.

Melalui workshop ini, OPD diharapkan bener-benar fahan menulis aksara Bali, paling tidak bisa mengurangi kesalahan. Manfaat dari workshop ini, mereka akan bisa menulis aksara Bali di kompoter melalui program itu, dan mereka bisa mengetik paling tidak akan mendekati kebenaran. Aplikasi sudah ada, mereka tinggal memakainya saja, tetapi mereka juga harus kenal dengan dengan pasang aksara. “Saya hanya memberikan dasar-dasarnya saja, seperti menulis kata-kata dari bahasa Bali asli, bahasa kawi atau jawa kuno, bahasa Indonesia dan bahasa asing. Itulah yang mereka harus pahami, disamping menulis singkatan dan ejaan,” paparnya.

Kalau menulis di ruang public, Gde Nala Antara menekankan dalam menulis aksara Bali bagaimana suaranya, itu yang ditulis. Bukan meyalin hurup itu. Gde Nala Antara kemudian mencontohkan, kalau Hotel One Legian maka yang ditulis bukan one –nya, tetapi suaranya maka yang disalin itu “wan” itu. Termasuk pula menulis Alfamart. Sebab, dalam aksana Bali itu tidak boleh konsonan dua beradeg-adeg. “Dalam rangka Bulan Bahasa Bali ada workshop menulis aksara Bali di komputer, kedepan tugas penyuluh atau lembaga bahasa dan majelis kebudayaan yang tetap mengedukasimereka (OPD red), sehingga terus diingat dan berlanjut,” harapnya. (*)